Jakarta -
Pengusaha sawit di dalam negeri menyayangkan belum tuntasnya
perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) pemerintah Indonesia
dengan Pakistan.
Hal ini berdampak makin tergerusnya pasar ekspor
sawit mentah (CPO) Indonesia di Pakistan karena kalah bersaing dengan
produk CPO Malaysia yang sudah punya kesepakatan sejenis sehingga
mendapatkan bea masuk lebih rendah. Imbasnya harga CPO Malaysia lebih
murah dengan CPO asal Indonesia di pasar Pakistan.
Direktur
Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan
mengatakan meski saat ini ekspor sawit dan turunannya sudah mencapai
US$ 14 miliar atau terbesar dari ekspor non migas lainnya. Namun angka
itu belum maksimal karena banyak potensi pasar seperti di Pakistan
terkendala perjanjian PTA.
"Pada tahun 2007 ekspor kita ke
Pakistan mencapai US$ 560 juta, sekarang ini hanya puluhan ribu dolar
saja, karena perjanjian kita dengan Pakistan belum diselesaikan," kata
Fadhil di acara rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI di Gedung
DPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/2/2011).
Fadhil menambahkan yang
menjadi hambatan dari negosiasi RI-Pakistan adalah salah satunya dari
kementerian pertanian yang masih keberatan soal penghapusan bea masuk
impor jeruk kino Pakistan. Alasannya produk jeruk impor dari China saja
sudah 0%, jika ditambah dari Pakistan dikhawatirkan mengganggu petani
jeruk dalam negeri.
Dikatakannya, selain meminta penurunan bea
masuk jeruk kino, pihak Pakistan juga meminta beberapa produk
industrinya dibebaskan tarifnya, sebagai konsekuensi dari penurunan bea
masuk produk sawit Indonesia ke Pakistan. Ia menghitung secara
keseluruhan dengan produk yang diinginkan Pakistan dibandingkan ekspor
sawit Indonesia ke Pakistan, justru lebih menguntungkan Indonesia.
"Kalau menurut saya terima saja apa yang diinginkan Pakistan karena imbalan yang kita hasilkan jauh lebih besar," katanya.
Sementara
itu Anggota DPR-RI Komisi VI DPR-RI. Erick Satya Wardhana mengatakan
bahwa pemerintah perlu melihat adanya potensi pasar sawit di Pakistan
dengan segera menyelesaikan perundingan PTA dengan Pakistan. Menurutnya
pangsa pasar produk CPO Indonesia di Pakistan sudah turun drastis dari
45% menjadi hanya 11%.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 14 PEBRUARI 2011