
SAMARINDA. Setelah menembus angka di atas 100
persen pada bulan sebelumnya, Nilai Tukar Petani (NTP) di Kalimantan
Timur kembali defisit menjadi 99,70 persen pada Mei lalu. Selain
turunnya harga jual sejumlah hasil tani, pada saat bersamaan, biaya
konsumsi rumah tangga serta indeks biaya produksi dan penambahan barang
modal (BPPMB) malah melonjak.
Jika melihat struktur tertahannya indeks NTP Kaltim di bawah 100
persen dipicu dua subsektor, yakni tanaman pangan dan hortikultura. Mei
lalu, kedua golongan ini mencatatkan NTP masing-masing sebesar 97,61 dan
96,56 persen.
"Pada kelompok petani tanaman pangan, terjadi penurunan harga pada
komoditas padi dan palawija, masing-masing sebesar 0,54 dan 0,45 persen.
Sementara di sisi lain, konsumsi rumah tangga mereka naik sebesar 0,30
persen, bersamaan dengan BPPBM yang naik 0,28 persen," ucap Aden Gultom,
kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim.
Sedangkan untuk subsektor lain, yakni hortikultura, penurunan NTP
dipicu turunnya harga komoditas sayur-sayuran dan tanaman obat sebesar
0,94 dan 0,58 persen. Sementara, indeks yang harus mereka bayar justru
naik 0,25 persen.
"Walau sayur dan tanaman obat harganya turun, untuk kelompok komoditas
buah-buahan, justru sebaliknya. Mei lalu, golongan ini masih mengalami
kenaikan harga sebesar 20 persen. Kendati begitu, kenaikan itu tak
cukup menutupi kenaikan pada indeks pengeluaran petani," urainya.
Sementara itu, meski ikut mengalami penurunan, ketiga subsektor
lainnya, yakni perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan, NTP masih
berada di atas 100 persen.
"Namun, nilainya masih sangat tipis, yakni 100,65 untuk perkebunan
rakyat, 103,63 untuk peternakan, dan 101,34 untuk perikanan. Angka
tersebut jelas belum bisa menegaskan kesejahteraan petani," kata Aden.
Dengan demikian, secara nasional, NTP Kaltim masuk delapan besar
daerah dengan NTP terendah. Sementara itu, Bali menjadi provinsi dengan
NTP tertinggi, dengan indeks sebesar 105,89.
"Di Kalimantan, hanya Kalbar yang di bawah kita. Kalsel dan Kalteng masih di atas 100 persen," pungkasnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, KAMIS, 5 JUNI 2014