Menperin: Jika Industri Maju, RI Tak Perlu Kirim TKI
Bandung -
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengungkapkan bahwa jika
industri di Indonesia berkembang dan maju maka paling tidak Indonesia
bisa mengurangi atau tak perlu mengirim tenaga kerja Indonesia (TKI).
Pemerintah bertekad akan terus mendorong industri padat karya yang bisa banyak menyerap tenaga kerja di dalam negeri.
Hal ini disampaikan Hidayat di depan para pengusaha Jawa barat di Bandung, Sabtu (27/11/2010).
"Dengan
Industri yang maju, kita bisa banyak menyerap tenaga kerja, sehingga
saudara-saudara kita tidak bekerja ke Arab. Ini juga menjaga kehormatan
kita yang hilang," kata Hidayat.
Hidayat menuturkan selama ini
Indonesia banyak mengirim tenaga kerja wanita (TKW) ke luar negeri, hal
ini menurutnya bisa ditekan dengan mengembangkan industri dan penciptaan
nilai tambah (proses) di dalam negeri sehingga bisa banyak menyerap
tenaga kerja. Pemerintah sendiri, tengah menyiapkan regulasi terkait
insentif bagi pengembangan sektor hilir dibidang agro seperti sawit,
kakao dan karet.
"Kita masih membutuhkan industri padat karya," katanya.
Ia mengakui penciptaan nilai tambah melalui industri di Indonesia
relatif masih tertinggal dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia.
Hidayat mencontohkan dari sekitar 20 juta ton produksi CPO (sawit
mentah) Indonesia hanya 30% yang diolah (hilirisasi) di dalam negeri
sementara sisanya 70% malah diekspor.
"Justru kalau Malaysia
hanya 30% dari produksi sawitnya yang diekspor, sedangkan 70% ada
program hilirisasi, jadi yang diekspor adalah barang jadi," ucap
Hidayat.
Ia juga menyoroti soal banyaknya CPO Indonesia yang
diekspor ke China. Sehinga dengan kata lain, justru negeri Tirai Bambu
itu lah yang banyak menikmati proses nilai tambah dan mampu menyerap
tenaga kerja dari sawit Indonesia.
Menurutnya sektor sawit hanya
salah satu contoh saja, selebihnya masih banyak bahan mentah asal
Indonesia yang diekspor tanpa proses di dalam negeri. Misalnya dalam
kasus kebijakan ekspor bahan baku rotan ke luar negeri yang justru
membuat para perajin rotan di dalam negeri teriak-teriak kekurangan
bahan baku.
"Saya berambisi pada 2014 nanti ketika saya mengakhiri tugas saya, kecuali di-resuffle. Volume ekspor akan meningkat, bukan barang mentah tapi yang memiliki nilai tambah," ucapnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, MINGGU, 28 NOPEMBER 2010