Melihat Pembuat Buah Kolang Kaling di Bulan Ramadhan
15 Juli 2014
Admin Website
Berita Daerah
28303
SENDAWAR. Membuat kolang-kaling (buah atap) di bulan Ramadhan
meningkat drastis. Sebagian besar umat muslim banyak mengkonsumsi buah yang diolah
dengan es buah/es campur untuk menu buka puasa. Lantas bagaimana mendapatkan
buah kolang-kaling?
Buah kolang-kaling dipanen dari pohon aren (pohon penghasil gula merah). Daunnya bisa digunakan untuk atap rumah. Saut/ijuknya yang melekat pada pohon aren bisa dijadikan bahan pembuat sapu atau sikat lantai. Pohon aren banyak memberikan manfaat.
Mendapatkan buah kolang-kaling tidak mudah. Setelah buah tua, lalu dipanen. Kemudian, direbus airnya mendidih selam 1 jam memasak. Selanjutnya, buah dibelah menggunakan parang atau pisau. Didalam belahan buah muncul kolang-kaling berwarna putih dan berbentuk lonjong.
Ramadhan ini, permintaan kolang-kaling meningkat drastis. Diantaranya dari warga Kecamatan Melak, Sekolaq Darat, Barong Tongkok, dan Linggang Bigung.
"Dalam seminggu saya bisa membuat 1 ton, dipasarkan di sejumlah kecamatan," kata Andre (27) warga Kelurahan Melak Ulu, Kecamatan Melak, kemarin. Dia mengaku, mendapatkan buah kolang-kaling dari petani di salah satu kampung di Kecamatan Mook Manaar Bulatn.
Kolang-kaling siap siap dikonsumsinya dijual seharga Rp. 5 ribu per kilogram. Upah pekerja dihitung berdasarkan hasil kupasan. Satu keranjang kecil isinya sekitar 5 kilogram, upah mengupas kolang-kaling Rp. 1.000 – Rp. 1.500. Minimnya ongkos produksi dan besarnya keuntungan memberikan berkah tersendiri selama Ramadhan.
Ia berharap, Pemkab membantu mengembangkan usaha kecil menengah ini. Memberikan pembinaan cara pengemasan dan pengolahan, sehingga menjadi jajanan menarik.
Buah kolang-kaling dipanen dari pohon aren (pohon penghasil gula merah). Daunnya bisa digunakan untuk atap rumah. Saut/ijuknya yang melekat pada pohon aren bisa dijadikan bahan pembuat sapu atau sikat lantai. Pohon aren banyak memberikan manfaat.
Mendapatkan buah kolang-kaling tidak mudah. Setelah buah tua, lalu dipanen. Kemudian, direbus airnya mendidih selam 1 jam memasak. Selanjutnya, buah dibelah menggunakan parang atau pisau. Didalam belahan buah muncul kolang-kaling berwarna putih dan berbentuk lonjong.
Ramadhan ini, permintaan kolang-kaling meningkat drastis. Diantaranya dari warga Kecamatan Melak, Sekolaq Darat, Barong Tongkok, dan Linggang Bigung.
"Dalam seminggu saya bisa membuat 1 ton, dipasarkan di sejumlah kecamatan," kata Andre (27) warga Kelurahan Melak Ulu, Kecamatan Melak, kemarin. Dia mengaku, mendapatkan buah kolang-kaling dari petani di salah satu kampung di Kecamatan Mook Manaar Bulatn.
Kolang-kaling siap siap dikonsumsinya dijual seharga Rp. 5 ribu per kilogram. Upah pekerja dihitung berdasarkan hasil kupasan. Satu keranjang kecil isinya sekitar 5 kilogram, upah mengupas kolang-kaling Rp. 1.000 – Rp. 1.500. Minimnya ongkos produksi dan besarnya keuntungan memberikan berkah tersendiri selama Ramadhan.
Ia berharap, Pemkab membantu mengembangkan usaha kecil menengah ini. Memberikan pembinaan cara pengemasan dan pengolahan, sehingga menjadi jajanan menarik.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 15 JULI 2014