
SENDAWAR. Membuat kolang-kaling (buah atap) di bulan Ramadhan
meningkat drastis. Sebagian besar umat muslim banyak mengkonsumsi buah yang diolah
dengan es buah/es campur untuk menu buka puasa. Lantas bagaimana mendapatkan
buah kolang-kaling?
Buah kolang-kaling dipanen dari pohon aren (pohon penghasil gula merah). Daunnya
bisa digunakan untuk atap rumah. Saut/ijuknya yang melekat pada pohon aren bisa
dijadikan bahan pembuat sapu atau sikat lantai. Pohon aren banyak memberikan
manfaat.
Mendapatkan
buah kolang-kaling tidak mudah. Setelah buah tua, lalu dipanen. Kemudian,
direbus airnya mendidih selam 1 jam memasak. Selanjutnya, buah dibelah
menggunakan parang atau pisau. Didalam belahan buah muncul kolang-kaling
berwarna putih dan berbentuk lonjong.
Ramadhan
ini, permintaan kolang-kaling meningkat drastis. Diantaranya dari warga
Kecamatan Melak, Sekolaq Darat, Barong Tongkok, dan Linggang Bigung.
"Dalam seminggu saya bisa membuat 1 ton, dipasarkan di sejumlah kecamatan," kata
Andre (27) warga Kelurahan Melak Ulu, Kecamatan Melak, kemarin. Dia mengaku,
mendapatkan buah kolang-kaling dari petani di salah satu kampung di Kecamatan
Mook Manaar Bulatn.
Kolang-kaling
siap siap dikonsumsinya dijual seharga Rp. 5 ribu per kilogram. Upah pekerja
dihitung berdasarkan hasil kupasan. Satu keranjang kecil isinya sekitar 5
kilogram, upah mengupas kolang-kaling Rp. 1.000 – Rp. 1.500. Minimnya ongkos
produksi dan besarnya keuntungan memberikan berkah tersendiri selama Ramadhan.
Ia
berharap, Pemkab membantu mengembangkan usaha kecil menengah ini. Memberikan
pembinaan cara pengemasan dan pengolahan, sehingga menjadi jajanan menarik.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 15 JULI 2014