
SAMARINDA. Permasalahan Kalimantan Timur dalam 3 tahun terakhir adalah
pertumbuhan ekonomi yang terus menurun karena sangat tergantung pada
migas dan batu bara. Jalan keluarnya adalah transformasi ekonomi dimana
sektor perkebunan harus berperan. Ujang Rachmad, Kepala Dinas
Perkebunan, Kaltim menyatakan hal ini pada seminar Kelapa Sawit sebagai
Penggerak Ekonomi Daerah dengan sub tema Kiat Sukses Meningkatkan Kelas
Kebun untuk Mempercepat Sertifikasi ISPO yang diadakan
Perkebunannews.com/Media Perkebunan, Disbun Kaltim dan GAPKI Kaltim di
Samarinda.
“Konsep besarnya adalah sektor perkebunan jadi pengganti migas dan
batubara. Ini merupakan tugas berat karena migas batubara yang
menguasai 71% ekonomi Kaltim sudah beroperasi puluhan tahun sedang
perkebunan baru ramai 15 tahun yang lalu. BagAimana mempersiapkan diri,
menggerakan dan menggantikan,” katanya.
Tahun 2016 perkebunan menyumbang 4,8% dari PDB Kaltim. Bila olahan
kelapa sawit dimasukkan maka kontribusi perkebunan mencapai 15%. “Angka
ini sesuatu banget ditengah usaha mensehatkan ekonomi Kaltim. Sudah
sehat apabila tidak ada satu yang mendominasi. Kalau tergantung pada
satu sektor saja yang mendominasi, bila sektor itu jatuh yang lain ikut
jatuh,” katanya.
Pertumbuhan ekonomi minus tahun 2016 terjadi karena terlalu
tergantung pada migas/batubara sedang sektor lain belum jadi buffer
dan pengganti, inilah yang harus dipercepat. Masa depan Kaltim ada pada
perkebunan.
Saat ini kontribusi perkebunan terhadap PDRB pertanian adalah 58%.
Dari sisi tenaga kerja perkebunan kelapa sawit sangat penting sebab ada
400.000 orang yang berkerja di sektor ini. Apabila satu tenaga kerja
menanggung anak dan istri maka ada 1,2 juta orang atau 30% penduduk
Kaltim yang hidup dari perkebunan.
SUMBER : MEDIA PERKEBUNAN, 21 SEPTEMBER 2017