Maloy Sebagai Pusat Industri CPO Kaltim
09 Mei 2017
Admin Website
Berita Daerah
4266
SAMARINDA. Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Maloy sesuai potensi dan keunggulan kewilayahan telah ditetapkan
menjadi pusat industri CPO (crude palm oil/minyah mentah sawit.|
Kebijakan ini telah dilakukan Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak sejak awal memulai pengembangan kawasan KEK Maloy yang berada di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur.
Kawasan yang memiliki luasan wilayah mencapai 1.500 hektar ini terus akan dikembangkan sesuai potensi daerah khususnya terminal CPO dan pabrik turunannya.
Apalagi ujar Awang saat ini Kaltim telah memiliki luasan lahan pengembangan kelapa sawit lebih dari satu juta hektar untuk selanjutnya dikembangkan menjadi dua juta hektar.
"Kelapa sawit kita sudah lebih satu juta hektar dan CPOnya harus diolah di sini (KEK Maloy) untuk diproduksi berbagai turunannya," katanya saat groundbreaking pabrik CPO di KEK Maloy Kutim, Jumat (5/5).
Awang menargetkan Juni ini seluruh perijinan terkait pabrik CPO sudah selesai dan pembangunan pabrik sudah dapat dilaksanakan.
Gubernur menjelaskan sasaran atau target luas areal dan produksi kelapa sawit yang ingin dicapai pada tahun 2018 sekitar 1,6 juta hektar dengan produksi 18 juta ton tandan buah segar.
"Keberhasilan program ini diyakini akan membawa ekonomi Kaltim semakin kuat, berkualitas dan berkeadilan,” ujarnya.
Menurut dia, melalui RPJMD Kaltim telah dituangkan sasaran program sejuta hektar kelapa sawit untuk tahap kedua yang ingin diwujudkan pada tahun 2018.
Sedangkan luasan perkebunan kelapa sawit pada saat ini sudah tertanam seluas 1.197.563 hektar dengan produksi mencapai 14.587.722 ton tandan buah segar.
Jumlah produksi itu setara dengan 3,2 juta ton CPO dengan melibatkan tenaga kerja perkebunan sebanyak 306.644 pekebun.
Sementara itu hingga saat ini telah terbangun pabrik minyak kelapa sawit 75 unit dengan kapasitas terpasang 4.170 ton TBS per jam dengan kapasitas terpakai 3.775 ton TBS per jam.
Pengolahan TBS sejumlah 14,5 juta ton tersebar di lima daerah yaitu Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, Kutai Timur, Berau dan Kutai Kartanegara.
Sedangkan untuk rencana pembangunan pabrik hingga tahun 2017 ini akan dibangun sebanyak 17 unit, sehingga nantinya ada 92 unit pabrik pengolahan sawit.
Pabrik pengolahan CPO dan turunannya di KEK dibangun oleh PT Kaltim Agro Mina Nusantara didukung PT Indonesia Plantation Synergy (IPS) selaku perusahaan perkebunan kelapa sawit penyuplai bahan baku.
"Saya tegaskan tidak ada lagi CPO keluar Kaltim. Tapi diolah disini dengan berbagai turunannya, sehingga produk sawit kita bernilai tambah dan berdaya saing," tegas Awang.
Dia mengimbau agar instansi terkait seperti dinas perhubungan untuk terus melakukan pembangunan pelabuhan guna memudahkan pengiriman melalui laut.
Sedangkan Kementerian Perindustrian harus segera merealisasikan pembangunan tangki timbun untuk penyimpanan CPO.
"Kami melalui Dinas Pekerjaan Umum dan didukung pusat akan terus melengkapi sarana dan prasarana di kawasan ini guna memudahkan investor dan kelengkapan fasilitas KEK Maloy," ungkap Awang Faroek. (yans/sul/ri/humasprov)
SUMBER : BIRO HUMAS
Kebijakan ini telah dilakukan Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak sejak awal memulai pengembangan kawasan KEK Maloy yang berada di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur.
Kawasan yang memiliki luasan wilayah mencapai 1.500 hektar ini terus akan dikembangkan sesuai potensi daerah khususnya terminal CPO dan pabrik turunannya.
Apalagi ujar Awang saat ini Kaltim telah memiliki luasan lahan pengembangan kelapa sawit lebih dari satu juta hektar untuk selanjutnya dikembangkan menjadi dua juta hektar.
"Kelapa sawit kita sudah lebih satu juta hektar dan CPOnya harus diolah di sini (KEK Maloy) untuk diproduksi berbagai turunannya," katanya saat groundbreaking pabrik CPO di KEK Maloy Kutim, Jumat (5/5).
Awang menargetkan Juni ini seluruh perijinan terkait pabrik CPO sudah selesai dan pembangunan pabrik sudah dapat dilaksanakan.
Gubernur menjelaskan sasaran atau target luas areal dan produksi kelapa sawit yang ingin dicapai pada tahun 2018 sekitar 1,6 juta hektar dengan produksi 18 juta ton tandan buah segar.
"Keberhasilan program ini diyakini akan membawa ekonomi Kaltim semakin kuat, berkualitas dan berkeadilan,” ujarnya.
Menurut dia, melalui RPJMD Kaltim telah dituangkan sasaran program sejuta hektar kelapa sawit untuk tahap kedua yang ingin diwujudkan pada tahun 2018.
Sedangkan luasan perkebunan kelapa sawit pada saat ini sudah tertanam seluas 1.197.563 hektar dengan produksi mencapai 14.587.722 ton tandan buah segar.
Jumlah produksi itu setara dengan 3,2 juta ton CPO dengan melibatkan tenaga kerja perkebunan sebanyak 306.644 pekebun.
Sementara itu hingga saat ini telah terbangun pabrik minyak kelapa sawit 75 unit dengan kapasitas terpasang 4.170 ton TBS per jam dengan kapasitas terpakai 3.775 ton TBS per jam.
Pengolahan TBS sejumlah 14,5 juta ton tersebar di lima daerah yaitu Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, Kutai Timur, Berau dan Kutai Kartanegara.
Sedangkan untuk rencana pembangunan pabrik hingga tahun 2017 ini akan dibangun sebanyak 17 unit, sehingga nantinya ada 92 unit pabrik pengolahan sawit.
Pabrik pengolahan CPO dan turunannya di KEK dibangun oleh PT Kaltim Agro Mina Nusantara didukung PT Indonesia Plantation Synergy (IPS) selaku perusahaan perkebunan kelapa sawit penyuplai bahan baku.
"Saya tegaskan tidak ada lagi CPO keluar Kaltim. Tapi diolah disini dengan berbagai turunannya, sehingga produk sawit kita bernilai tambah dan berdaya saing," tegas Awang.
Dia mengimbau agar instansi terkait seperti dinas perhubungan untuk terus melakukan pembangunan pelabuhan guna memudahkan pengiriman melalui laut.
Sedangkan Kementerian Perindustrian harus segera merealisasikan pembangunan tangki timbun untuk penyimpanan CPO.
"Kami melalui Dinas Pekerjaan Umum dan didukung pusat akan terus melengkapi sarana dan prasarana di kawasan ini guna memudahkan investor dan kelengkapan fasilitas KEK Maloy," ungkap Awang Faroek. (yans/sul/ri/humasprov)
SUMBER : BIRO HUMAS