JAKARTA. Komoditi karet akan menjadi komoditi yang
unggul setelah minyak sawit di Indonesia. Hingga saat ini kualitas karet
alam di Indonesia sangat baik.
"The next primadona kita adalah
karet. Kalau harga minyak naik, karet sintetis pasti mahal, nanti
larinya ke karet alam. Kita yang unggul di karet alam," kata Pengamat
Pangan dan Guru Besar Universitas Lampung (Unila) Bustanul Arifin kepada
detikFinance, Rabu (30/5/12).
Ia mengatakan
komoditi karet di Indonesia unggul namun tidak dibarengi dengan
produktivitas petani karet di Indonesia yang mengkhawatirkan. Para
petani karet saat ini terlalu cepat puas atas pencapaiannya.
"Petani
banyak yang sudah puas apalagi yang tua-tua itu. Mereka sudah merasa
cukup dengan pencapaiannya. Sementara kita tahu tuntutan global ini
perlu peningkatan produktivitas," ungkapnya.
Padahal, menurut
Bustanul permintaan karet dunia akan semakin meningkat seiring
berjalannya waktu. Tahun ini saja, permintaan karet untuk Indonesia
mencapai 3 juta ton, sedangkan produksi Indonesia hanya mencapai 2 juta
ton.
"Kalau Indonesia tidak segera memperbaiki peningkatan
produktivitas di karet, kita nggak mampu menggapai high demand seperti
itu. Saya hitung, 5 tahun lagi bisa sampai 10 juta ton demand itu, siapa
yang mau supply?" Tegas Bustanul.
Tak hanya petani, lagi-lagi
pemerintah disalahkan dalam hal ini. Pemerintah dinilai kurang dapat
mendukung dalam peningkatan produktivitas komoditi ini.
Menurutnya,
Pemerintah harus mendampingi petani, memberikan penyuluhan atau
memudahkan para petani terkait pemberian kredit bantuan untuk
mengekspansi lahan perkebunannya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, RABU, 30 MEI 2012