
Kemiri sunan merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup dan tetap
berproduksi hingga berumur puluhan tahun. Disamping itu tanaman ini
dikenal sebagai penghasil minyak nabati yang beracun, yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati (BBN). Bahan Bakar Nabati (BBN)
adalah bahan bakar dari sumber hayati, saat ini beberapa negara maju dan
negara berkembang mulai memproduksi BBN. Diantaranya : Amerika
Serikat yang memanfaatkan lebih 20 persen produksi jagung untuk
memproduksi BBN, India memproduksi BBN dari tebu, sementara
negara-negara Asia Tenggara memproduksi BBN dari minyak kelapa sawit
mentah (CPO).
Adapun Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw)
disamping sebagai salah satu tanaman yang potensial sebagai bahan baku
biodiesel, juga berfungsi ganda sebagai tanaman konservasi untuk
merehabilitasi lahan-lahan kritis (reklamasi) hal itu dikarenakan
tanaman ini mampu menahan benturan air hujan yang pada gilirannya dapat
mencegah kerusakan tanah akibat erosi. Secara umum tanaman yang berasal
dari Filipina ini ini banyak tumbuh di Indonesia dan tersebar di daerah
dataran rendah hingga sedang, baik di hutan maupun ditanam disekitar
perkotaan. Tanaman Kemiri Sunan memiliki habitus dengan tajuk yang
rindang, batang yang kokoh, dengan tinggi mencapai 15-20 m dan sistem
perakaran yang dalam membuatnya menjadi tanaman yang sangat ideal
sebagai tanaman konservasi.
Untuk itu BPTP Balitbangtan Kaltim sebagai salah satu unit kerja
Kementerian Pertanian didaerah telah mengembangkan Kemiri Sunan 2 dengan
varietas Kermindo 2 (salah satu varietas unggul kemisri sunan yang
telah dilepas Kementerian Pertanian No. 1085Kpts/SR.120/10/2014).
Kermindo 2 ini dikembangkan di lahan eks tambang dan diumur tanam 3
tahun'an, tanaman ini sudah mulai berbuah lebih cepat dari umur
berbuahnya kemiri sunan pada umumnya (lebih kurang di umur 4 tahun
tanam).
Kesuksesan tim BPTP Balitbangtan Kaltim dalam mempercepat proses
pembungaan dan pembuahan kemiri sunan tak luput dari proses penerapan
inovasi pemangkasan dan penambahan zat pengatur tumbuh. Disamping itu
dalam rangka mengoptimalisasi lahan, BPTP Balitbangtan Kaltim
membudidayakan tanaman ini secara tumpang sari dengan tanaman jagung.
Selain jagung alternatif tanaman yang bisa ditumpang sarikan dengan
tanaman ini diantaranya serai wangi, kedelai, wijen, dll. Kedepan
tanaman ini akan terus dikembangkan sebagai salah satu usaha BPTP
Balitbangtan dalam membantu merehabilitasi lahan-lahan kritis yang ada
di Kalimantan Timur.
SUMBER : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TIMUR