Kecamatan Karangan Kembangkan Kakao
24 September 2014
Admin Website
Berita Daerah
4387
SANGATTA. Kakao
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi.
Tanaman yang biji buahnya digunakan untuk bahan baku pembuatan cokelat
ini dapat berproduksi sepanjang tahun. Melihat hal itu, masyarakat
Kecamatan Karangan memilih membudidayakan kakao.
"Saat ini petani di Karangan terus berupaya membudidayakan tanaman kakao. Hasilnya cukup membanggakan mencapai 1,6 ton per hektare. Jika diasumsikan harganya sekarang sekitar Rp 20 ribu per kilogram, omzet yang diperoleh masyarakat sekitar Rp 32 juta per hektare," kata Camat Karangan Tahir Pekang.
Selanjutnya dia memberikan contoh seorang petani di Semarang, Jawa Tengah, yang sudah berhasil mengembangkan budi daya tanaman kakao. Tiap bulan omzetnya bisa mencapai sekitar Rp 2 miliar. Informasi itu dia peroleh saat mengikuti acara Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) di Malang beberapa waktu lalu.
"Pemerintah kecamatan berharap petani di Karangan juga bisa meraih sukses seperti itu. Hal inilah yang menjadi motivasi kuat bagi kami untuk mengembangkan budi daya kakao sebagai komoditas unggulan di Karangan. Sebab luas lahan kakao yang ada di Karangan saat ini sekitar 1.500 hektare, dikelola secara mandiri oleh masyarakat," paparnya.
Dengan melakukan upaya ekstensifikasi dan mekanisasi pertanian diharapkan tahun 2015 depan bisa mencapai 5.000 hektare. Pihaknya mengajak kepada investor untuk berinvestasi pada perkebunan kakao di Karangan, mengingat luas lahan dimiliki sangat besar untuk pengembangan tanaman tersebut.
Camat Karangan mengakui, untuk membudidayakan tanaman tidaklah mudah. Persiapan naungan dan lahan merupakan dua hal penting yang perlu diperhatikan. Naungan itu bisa berupa tanaman pelindung, seperti lamtoro, gleresidae, dan albazia. Selebihnya, proses membudidayakan kakao tak terlalu rumit. Pihaknya akan melibatkan penyuluh pertanian lapangan yang ada untuk pembinaan petani.
Lebih lanjut disebutkan, kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cocok dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia. Tanaman ini termasuk golongan tumbuhan tropis. Tanaman penghasil biji ini berasal dari daerah hutan tropis di Amerika Selatan. Di habitat asalnya, kakao biasa tumbuh di bagian hutan hujan tropis yang terlindung di bawah pohon-pohon besar. Dalam budi daya kakao maksimal lahan yang bisa ditanami pohon sekitar 70 persen dari total luas lahan. Jarak tanamnya sekitar 1,1 meter.
Selain memiliki lahan budi daya yang dikelola masyarakat, Camat Tahir Pekang mengajak beberapa perusahaan perkebunan yang ada di wilayahnya untuk menerapkan pola mitra inti plasma atau menjadi bapak angkat dari petani/kelompok tani bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
"Bentuk kerja sama ini bisa berupa penyediaan modal, bibit unggul, pupuk, penyuluhan kepada masyarakat hingga membantu pemasaran,” ujar Tahir. (kmf6/san/k9)
SUMBER :KALTIM POST, RABU, 24 SEPTEMBER 2014