Kasus Bubuk Cokelat Palsu RI Harus Diwaspadai
31 Mei 2011
Admin Website
Artikel
5130
Tangerang -
Pemerintah seharusnya terus memperketat pengawasan kepada peredaran
bubuk cokelat palsu yang terbuat dari kulit cokelat. Beredarnya bubuk
cokelat palsu jangan sampai mengulang kasus melamin dalam produk makanan
dan minuman China beberapa waktu lalu.
Presiden Komisaris BT Cocoa, Piter Jasman mendesak kementrian perindustrian agar melakukan pengecekan dan melakukan tindakan tegas kepada produsen bubuk cokelat yang menggunakan kulit cokelat sebagai bahan utamanya.
"Kita mendesak kementerian perindustrian bagi yang memproduksi shell powder. Jangan sampe Indonesia terjadi kasus yang di China itu, melamin," katanya ketika ditemui beberapa wartawan di Tangerang, Senin (30/5/2011).
Menurut Piter, seharusnya dilakukan pengecekan kepada industri-industri pengolahan kakao sampai dengan bahan baku yang digunakan. berdasarkan standar nasional untuk bubuk cokelat, kadar kulit cokelat dalam bubuk hasil olahan tidak boleh melebihi 1,7%.
"Musti diadakan pengecekan ke industri yg membuat bubuk cokelat apa mereka membuat dari bijih atau dari waste, sampah. Di pasaran itu bubuk cokelat tidak boleh melebihi 1,7% shell-nya, kalau melebihi itu tidak masuk standar internasional," kata Piter yang juga ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) itu.
Piter menambahkan, konsumen pastinya merasa dirugikan karena antara cokelat murni dan cokelat palsu itu sulit untuk dibedakan karena warna bubuk cokelat palsu hampir sama dengan dengan bubuk cokelat murni karena memang dibuat dari bahan yang sama. Namun, menurut Piter cokelat palsu dapat menyebabkan pengonsumsinya merasakan gatal di tenggorokan ketika memakannya, padahal cokelat murni sesungguhnya bagus untuk kesehatan.
"Sangat mengganggu karena dia (bubuk cokelat palsu) punya harga murah dan konsumen tidak bisa membedakan yang mana yang asli dan yang palsu, kalau orang yang biasa makan cokelat gatal ya, itu mungkin dibuat dari shell powder. kalau cokelat yang murni itu justru bagus untuk orang yang batuk," jelasnya.
Lebih lanjut Piter menjelaskan, bubuk cokelat palsu tidak memiliki rasa yang khas, tetapi beberapa produsen cokelat menambahkan cokelat murni agar aroma cokelat tetap terasa dalam bubuk cokelat palsu itu.
"Rasa tidak ada, warnanya sama kaya bubuk cokelat, tapi karena home industry tidak ngerti mereka menambah aroma cokelat untuk menambah dia punya aroma jadi shell powder itu dianggap pewarna," imbuhnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SELASA, 31 MEI 2O11
Presiden Komisaris BT Cocoa, Piter Jasman mendesak kementrian perindustrian agar melakukan pengecekan dan melakukan tindakan tegas kepada produsen bubuk cokelat yang menggunakan kulit cokelat sebagai bahan utamanya.
"Kita mendesak kementerian perindustrian bagi yang memproduksi shell powder. Jangan sampe Indonesia terjadi kasus yang di China itu, melamin," katanya ketika ditemui beberapa wartawan di Tangerang, Senin (30/5/2011).
Menurut Piter, seharusnya dilakukan pengecekan kepada industri-industri pengolahan kakao sampai dengan bahan baku yang digunakan. berdasarkan standar nasional untuk bubuk cokelat, kadar kulit cokelat dalam bubuk hasil olahan tidak boleh melebihi 1,7%.
"Musti diadakan pengecekan ke industri yg membuat bubuk cokelat apa mereka membuat dari bijih atau dari waste, sampah. Di pasaran itu bubuk cokelat tidak boleh melebihi 1,7% shell-nya, kalau melebihi itu tidak masuk standar internasional," kata Piter yang juga ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) itu.
Piter menambahkan, konsumen pastinya merasa dirugikan karena antara cokelat murni dan cokelat palsu itu sulit untuk dibedakan karena warna bubuk cokelat palsu hampir sama dengan dengan bubuk cokelat murni karena memang dibuat dari bahan yang sama. Namun, menurut Piter cokelat palsu dapat menyebabkan pengonsumsinya merasakan gatal di tenggorokan ketika memakannya, padahal cokelat murni sesungguhnya bagus untuk kesehatan.
"Sangat mengganggu karena dia (bubuk cokelat palsu) punya harga murah dan konsumen tidak bisa membedakan yang mana yang asli dan yang palsu, kalau orang yang biasa makan cokelat gatal ya, itu mungkin dibuat dari shell powder. kalau cokelat yang murni itu justru bagus untuk orang yang batuk," jelasnya.
Lebih lanjut Piter menjelaskan, bubuk cokelat palsu tidak memiliki rasa yang khas, tetapi beberapa produsen cokelat menambahkan cokelat murni agar aroma cokelat tetap terasa dalam bubuk cokelat palsu itu.
"Rasa tidak ada, warnanya sama kaya bubuk cokelat, tapi karena home industry tidak ngerti mereka menambah aroma cokelat untuk menambah dia punya aroma jadi shell powder itu dianggap pewarna," imbuhnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SELASA, 31 MEI 2O11