JAKARTA. Pelaku usaha dan
pengekspor minyak kelapa sawit (CPO) keberatan jika pemerintah
memindahkan basis pelabuhan ekspor dari Rotterdam, Belanda, ke Turki dan
dua negara Eropa Timur.
"Produsen kelapa sawit menilai pasar Eropa Barat atau pasar
tradisional belum mengalami penurunan permintaan meski ke depan industri
harus melebarkan pasarnya hingga Eropa Timur, Afrika, dan Timur
Tengah," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan di Jakarta, Jumat (13/4).
Menurut dia, pasar tradisional CPO di Eropa dan beberapa negara
Eropa Tengah masih cukup besar. Oleh karena itu, mereka menilai
Pemerintah belum perlu memindahkan basis pelabuhan ekspor dari sana. "Saat ini belum ada penurunan permintaan dari wilayah tersebut meski di
kawasan itu mengalami perlambatan ekonomi," ujarnya.
Indonesia, lanjut Fadhil, sudah puluhan tahun mengekspor CPO melalui
pelabuhan Rotterdam. Oleh karena itu, pelaku usaha keberatan jika
pemerintah berusaha mengubah basis pelabuhan ekspor dari Rotterdam,
Belanda ke Turki, Serbia, dan Jerman.
"Yang menjadi pertanyaan, apakah 'refinery' atau pengolahan di tiga
negara itu cukup besar atau tidak? Hal ini disebabkan beberapa
perusahaan seperti Wilmar memiliki 'refinery' sendiri di Rotterdam dan
faktor biaya patut dipertimbangkan karena saat ini biaya ke Rotterdam
juga tidak terlalu mahal," paparnya.
Fadhil mengatakan bahwa pelaku usaha memang berencana untuk
melakukan diversifikasi, tetapi tanpa perlu meninggalkan pasar lama.
"Negara-negara yang menjadi tujuan utama diversifikasi ialah negara
Eropa Timur, misalnya Polandia, Serbia, dan negara-negara Mediterania,
seperti Turki dan Iran," tuturnya.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, JUMAT, 13 APRIL 2012