Hidayat: Produksi Minyak Sawit RI Bakal Tembus 40 Juta Ton
28 Agustus 2012
Admin Website
Artikel
4608
JAKATA. Kementerian Perindustrian memproyeksikan
produksi minyak sawit mentah alias Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2020
akan mencapai 40 juta ton. Hal itu dikatakan oleh Menteri Perindustrian,
MS Hidayat sebagai bagian dari hilirisasi industri yang sedang
dilancarkan pemerintah.
"CPO kita 23 juta, 2020 menjadi 40 juta pengolahan lebih ditekankan pada hilirisasi dan itu program yang direncanakan," ungkap Hidayat di Kantornya, Senin (27/8/2012).
Dia menyebutkan, ini merupakan salah satu program pemerintah untuk memperkuat hilirisasi. Tak hanya itu, untuk menambah nilai jual dan kualitas produk, pemerintah pun akan melancarkan program pemberian merek.
"Perlu juga program branding ini untuk mengangkat kualitas produk," tambahnya.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, hilirisasi ini dilakukan karena salah satu penyebab penurunan devisa adalah ekspor bahan baku yang semakin berkurang, juga untuk memberikan value added (nilai tambah) bagi produk Indonesia khususnya minyak kelapa sawit.
"Jadi hilirisasi industri ini untuk memberian nilai tambah bagi nilai produk Indonesia, dan dalam perspektif industri ini untuk ketahanan industri nasional juga," imbuhnya.
Hilirisasi industri ini dikatakan Hidayat sudah dilakukan dalam beberapa tahun kebelakang. Sebagai buktinya, pada tahun 2011 ekspor produk turunan minyak kelapa sawit mencapai 61% dari total, atau naik dari 39% di tahun 2010.
"Tahun 2011 ekspor produk turunan minyak kelapa sawit mencapai 61 persen dari total, naik dari 39 persen tahun 2010," tandasnya.
DIKUTIP DARI DETIK, SENIN, 27 AGUSTUS 2012
"CPO kita 23 juta, 2020 menjadi 40 juta pengolahan lebih ditekankan pada hilirisasi dan itu program yang direncanakan," ungkap Hidayat di Kantornya, Senin (27/8/2012).
Dia menyebutkan, ini merupakan salah satu program pemerintah untuk memperkuat hilirisasi. Tak hanya itu, untuk menambah nilai jual dan kualitas produk, pemerintah pun akan melancarkan program pemberian merek.
"Perlu juga program branding ini untuk mengangkat kualitas produk," tambahnya.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, hilirisasi ini dilakukan karena salah satu penyebab penurunan devisa adalah ekspor bahan baku yang semakin berkurang, juga untuk memberikan value added (nilai tambah) bagi produk Indonesia khususnya minyak kelapa sawit.
"Jadi hilirisasi industri ini untuk memberian nilai tambah bagi nilai produk Indonesia, dan dalam perspektif industri ini untuk ketahanan industri nasional juga," imbuhnya.
Hilirisasi industri ini dikatakan Hidayat sudah dilakukan dalam beberapa tahun kebelakang. Sebagai buktinya, pada tahun 2011 ekspor produk turunan minyak kelapa sawit mencapai 61% dari total, atau naik dari 39% di tahun 2010.
"Tahun 2011 ekspor produk turunan minyak kelapa sawit mencapai 61 persen dari total, naik dari 39 persen tahun 2010," tandasnya.
DIKUTIP DARI DETIK, SENIN, 27 AGUSTUS 2012