SENDAWAR - Petani karet di Kubar dalam dua pekan ini
harus menelan pil pahit. Pasalnya, harga karet terus merosot. Hingga
Minggu (6/3) kemarin harga karet Rp 12 ribu per kg. Sebelumnya sempat
bertahan Rp 15 ribu per kg, dan sebulan lalu sempat hingga Rp 17 ribu
per kg.
Ali, petani karet Kampung Sekolaq Joleq, Kecamatan Sekolaq
Darat berharap, pemerintah bisa mencarikan solusi soal harga karet yang
menurun. “Kalau petani harus menjual dengan harga yang murah, untungnya
tidak seberapa,” keluh Ali kepada harian ini, Senin (7/3) kemarin.
Keluhan Ali ini diamini sejumlah petani lainnya. Seperti Rudy, petani
karet di Kampung Sempan, Kecamatan Damai. Di wilayahnya, harga karet
malah Rp 10 ribu per kg.
Terpisah, Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar, Rinatang mengatakan,
turunnya harga karet karena stok karet di luar negeri sangat melimpah.
Akibatnya, meski stok karet dikirim ke luar negeri namun pembeli luar
negeri terkendala pembayaran karet kepada pabrik di
Banjarmasin-Kalimantan Selatan dan pabrik di Mojokerto- Jawa Timur.
Kendala ini, memberi dampak pembayaran dari pabrik ke pengumpul karet
di Kubar.
“Dengan dana yang tidak tersedia cukup banyak, pabrik tidak membeli
karet petani dalam jumlah banyak. Konsekuensinya, pabrik harus memberi
karet murah jika tetap pihak Kubar mengirimkan atau menjualnya,” ungkap
Rinatang kepada harian ini, Sabtu (5/3).
Dia menyebutkan, Asosiasi Penampung Karet Kubar mengirim karet ke
pabrik sebanyak 120 ton per minggu. Karet yang dikumpul dari petani
karet di Kubar ini diangkut menggunakan 10 sampai 12 truk ke pabrik di
Banjarmasin atau Mojokerto.
Rinatang mengatakan, di Kubar sebenarnya sudah ada pabrik karet di
Kampung Mencimai, Kecamatan Barong Tongkok. Namun yang menjadi kendala,
karet hasil panen petani di Kubar, tidak mampu mencukupi kapasitas
pabrik. Sehingga jika dijalankan, tidak mencukupi biaya operasional.
Upaya lain, harus ada lahan perkebunan tersendiri di Kubar.
Rinatang juga menjelaskan, turunnya harga karet tidak ada kaitan dengan
Pilkada Kubar. “Ada yang mengisukan, ketika menjelang Pilkada harga
karet naik, setelah Pilkada diturunkan demi kepentingan calon
tertentu,” ujarnya.
Dengan turunnya harga karet ini, Rinatang mengimbau, agar para petani
bisa mengatur penjualan getah karet yang ditores atau dipanen. Jika
harga karet mulai stabil, baru dijual kembali.
Menanggapi keluhan warga ada pembeli karet yang mempermainkan
timbangan, Rinatang menyarankan petani menyiapkan alat timbangan
sendiri. “Cara ini sudah dilakukan petani karet di Kampung Linggang
Melapeh Kecamatan Linggang Bigung,” katanya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 8 MARET 2011