SANGATTA.
Suara sumbang mengenai dampak negatif dari berkembangnya perkebunan kelapa
sawit terhadap lingkungan, bukan sesuatu yang patut dikhawatirkan. Sekarang,
Indonesia menduduki urutan pertama sebagai produsen minyak kelapa sawit dunia.
Kenyataan itu mengancam eksistensi negara - negara maju yang selama ini menjadi
pesaing penyediaan minyak nabati untuk kebutuhan dunia.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Abdul Halim Johar menyebutkan,
posisi negara - negara Eropa maupun Amerika sebagai penghasil minyak zaitun
mapun minyak jagung akhirnya goyang, lalu mereka ini mengembuskan isu-isu
negatif mengenai dampak lingkungan perkebunan kelapa sawit ke negara - negara
dunia ketiga seperti Indonesia.
"Amerika dan Eropa memang sering menyerang sawit, karena sawit memang sudah
mengancam keberlangsungan produk minyak nabati mereka. Selama ini AS lebih
banyak menggunakan kedelai dan jagung untuk bahan biofuel, adapun Eropa
menggunakan bunga matahari. Kehadiran sawit dinilai sebagai ancaman, karena
harganya lebih murah yaitu antara US 200 - 300 per ton dibanding harga jagung
dan kedelai. Terlebih dari hasil riset peneliti Indonesia dan Uni Eropa, sawit
sebagai bahan biofuel mampu mengurangi emisi gas buang 37 hingga 49 persen.
Seharusnya minyak nabati memenuhi standar penggunaan emisi minimal 35 persen
yang ditetapkan Uni Eropa dan 20 persen yang ditetapkan oleh Amerika
Serikat," jelasnya.
Padahal dampak terhadap masyarakat sekitar pengembangan perkebunan kelapa
sawit, tercermin dalam terciptanya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar
pengembangan perkebunan kelapa sawit, tercermin dalam terciptanya kesempatan
kerja bagi masyarakat setempat maupun warga transmigran. Yang tentu diiringi
kesempatan berusaha masyarakat, mulai dari membuka kios makanan dan minuman,
jasa transportasi, industri rumah tangga serta jasa perbankan.
"Munculnya pasar - pasar tradisional di daerah pemukiman dan pedesaan.
Dengan demikian pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Dari
sisi lain menyebabkan pola konsumsi dan pendidikan masyarakat akan meningkat
pula, terutama untuk kabupaten berkembang seperti Kutai Timur maupun daerah -
daerah lainnya di Kalimantan Timur," jelasnya.
Sedangkan Bupati Isran Noor dalam paparan refleksi pembangunan Kabupaten Kutai
Timur 2011, menyebutkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit terus
meningkat. Pada tahun 2000 saja luas areal perkebunan mencapai 1.235 hektar
dimana meningkat menjadi 239.922,86 hektar pada tahun 2010 dengan produksi
kelapa sawit mencapai 1.103.881,17 ton. Untuk semester I tahun 2011 lalu,
produksi sawit bahkan mencapai 527.666,85 ton.
Hingga sekarang, jumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Kutim mencapai 13 pabrik
dari total 28 pabrik di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Dalam
beberapa tahun terakhir pengembangan luasan wilayah perkebunan kelapa sawit di
Kutim mencapai belasan ribu hektare. Sehingga ketika melihat potensi
pertumbuhan tanaman kelapa sawit ini sangat menjanjikan, maka perlu dibangun
PKS demi efisiensi dalam memaksimalkan bisnis hasil perkebunan kelapa sawit.
Mantan
Kepala Dinas Perkebunan Kutai Timur, yang akrab disapa dengan sebutan Pak Dudung
ini, menjelaskan bahwa perkembangan PKS di Kutim sudah melampaui separuh jumlah
pabrik yang ada di Kaltim. Sehingga hal ini menimbulkan muiltiplayer effect
bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah pedalaman, dengan dilakukannya
rekrutmen tenaga kerja juga bakal lebih banyak lagi untuk menjalankan
perusahaan - perusahaan perkebunan.
Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas keseluruhan rata - rata sekitar 710 ton
per jam, tentu membutuhkan pasokan yang besar.
Apalagi dalam hitungan matematis dari setiap 3.000 hektar kebun kelapa
sawit diperlukan 1 buah PKS untuk melakukan penggilingan. Lebih dari jumlah itu
atau kurang dari jumlah tersebut, maka akan ditemukan hitungan non-ekonomis.
"Untuk itu, dengan berstandar pada hitungan tersebut, maka dipastikan
pertumbuhan kelapa sawit di Kutim akan benar - benar luar biasa menguntungkan
semua pihak," tambah Abdul Halim Johar.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 5 MARET 2012