Ekspor Lada Indonesia Diperkirakan Anjlok
23 November 2011
Admin Website
Artikel
4137
MATARAM. Ekspor lada Indonesia pada 2011 diperkirakan turun tajam karena produksinya pun menurun drastis.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami.
"Hingga Oktober 2011, ekspor lada Indonesia baru mencapai 29.000 ton, turun 40% dibandingkan volume ekspor pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 48.000 ton," kata Gusmardi di sela Sidang Komunitas Lada Internasional, di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram, Rabu (23/11).
Sidang Komunitas Lada Internasional ke-39 negara-negara anggota "International Pepper Community" (IPC) yang dibuka Selasa (22/11) malam oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi itu akan berlangsung hingga 26 November 2011 dengan diikuti sedikitnya 100 peserta.
Peserta kegiatan itu para eksportir lada terkemuka, selain pejabat pemerintah dan pihak terkait lainnya.
Sidang IPC sekaligus pertemuan para ahli teknis produksi dan perdagangan lada berasal dari enam negara anggota IPC (Brazil, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, dan Vietnam), guna menyelaraskan program dan kegiatan.
Gusmardi yang menjabat Ketua IPC 2011 itu mengatakan, penurunan volume ekspor lada tersebut bukan hanya dialami Indonesia tetapi juga negara-negara produsen lada utama lainnya seperti Brasil dan India.
"Turunnya produksi lada itu disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, tanaman sudah tua dan tidak menghasilkan (gagal produksi) serta adanya perubahan iklim," ujarnya.
Ia mengatakan, pada 2011 kapasitas ekspor lada Indonesia sangat terbatas karena produksinya rendah terutama di dua daerah produsen lada yakni Lampung dan Bangka.
Produksi lada di Kalimantan, katanya, masih cukup baik namun terserap untuk konsumsi dalam negeri.
Menurut dia, pada 2011 produksi lada Indonesia diperkirakan turun mendekati angka 30.000 ton atau mengalami penurunan sekitar 40% dari produksi 2010 sebanyak 59.000 ton, terutama yang dihasilkan di Lampung.
Oleh karena itu, katanya, kerja sama antarnegara produsen lada guna mengatasi penurunan produksi melalui forum IPC sangat penting.
"Berbagai strategi akan dirumuskan bersama, baik di tingkat produksi maupun pada level pemasaran dengan tujuan lebih menjamin keberlangsungan pasokan lada dengan harga yang menguntungkan para petani," ujarnya.
Data Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, volume ekspor lada Indonesia pada 2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan 2009, yakni mencapai 63.000 ton atau naik sebesar 24% dari 51.000 ton.
Nilai ekspornya pun meningkat sebesar 75% yakni dari US$140 juta pada 2009 menjadi US$246 juta pada 2010. Ekspor 2010 itu tercatat paling tinggi yang dicapai selama 10 tahun terakhir.
Nilai ekspor lada oleh negara-negara produsen mencapai lebih dari US$1 miliar pada 2010, mengalami kenaikan sebesar 36% dari US$790 juta pada 2009.
Vietnam merupakan pemasok terbesar saat itu meskipun terjadi penurunan, yang mencapai 117.000 ton pada 2010, sedikit lebih rendah daripada 2009 yang mencapai 134.000 ton.
Ekspor yang tinggi pada 2010 itu merupakan akumulasi stok tahun-tahun sebelumnya yang baru dilepas karena terdorong harga yang cukup menguntungkan, akibat permintaan konsumen meningkat.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, RABU, 23 NOPEMBER 2011
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami.
"Hingga Oktober 2011, ekspor lada Indonesia baru mencapai 29.000 ton, turun 40% dibandingkan volume ekspor pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 48.000 ton," kata Gusmardi di sela Sidang Komunitas Lada Internasional, di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram, Rabu (23/11).
Sidang Komunitas Lada Internasional ke-39 negara-negara anggota "International Pepper Community" (IPC) yang dibuka Selasa (22/11) malam oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi itu akan berlangsung hingga 26 November 2011 dengan diikuti sedikitnya 100 peserta.
Peserta kegiatan itu para eksportir lada terkemuka, selain pejabat pemerintah dan pihak terkait lainnya.
Sidang IPC sekaligus pertemuan para ahli teknis produksi dan perdagangan lada berasal dari enam negara anggota IPC (Brazil, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, dan Vietnam), guna menyelaraskan program dan kegiatan.
Gusmardi yang menjabat Ketua IPC 2011 itu mengatakan, penurunan volume ekspor lada tersebut bukan hanya dialami Indonesia tetapi juga negara-negara produsen lada utama lainnya seperti Brasil dan India.
"Turunnya produksi lada itu disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, tanaman sudah tua dan tidak menghasilkan (gagal produksi) serta adanya perubahan iklim," ujarnya.
Ia mengatakan, pada 2011 kapasitas ekspor lada Indonesia sangat terbatas karena produksinya rendah terutama di dua daerah produsen lada yakni Lampung dan Bangka.
Produksi lada di Kalimantan, katanya, masih cukup baik namun terserap untuk konsumsi dalam negeri.
Menurut dia, pada 2011 produksi lada Indonesia diperkirakan turun mendekati angka 30.000 ton atau mengalami penurunan sekitar 40% dari produksi 2010 sebanyak 59.000 ton, terutama yang dihasilkan di Lampung.
Oleh karena itu, katanya, kerja sama antarnegara produsen lada guna mengatasi penurunan produksi melalui forum IPC sangat penting.
"Berbagai strategi akan dirumuskan bersama, baik di tingkat produksi maupun pada level pemasaran dengan tujuan lebih menjamin keberlangsungan pasokan lada dengan harga yang menguntungkan para petani," ujarnya.
Data Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, volume ekspor lada Indonesia pada 2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan 2009, yakni mencapai 63.000 ton atau naik sebesar 24% dari 51.000 ton.
Nilai ekspornya pun meningkat sebesar 75% yakni dari US$140 juta pada 2009 menjadi US$246 juta pada 2010. Ekspor 2010 itu tercatat paling tinggi yang dicapai selama 10 tahun terakhir.
Nilai ekspor lada oleh negara-negara produsen mencapai lebih dari US$1 miliar pada 2010, mengalami kenaikan sebesar 36% dari US$790 juta pada 2009.
Vietnam merupakan pemasok terbesar saat itu meskipun terjadi penurunan, yang mencapai 117.000 ton pada 2010, sedikit lebih rendah daripada 2009 yang mencapai 134.000 ton.
Ekspor yang tinggi pada 2010 itu merupakan akumulasi stok tahun-tahun sebelumnya yang baru dilepas karena terdorong harga yang cukup menguntungkan, akibat permintaan konsumen meningkat.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, RABU, 23 NOPEMBER 2011