JAKARTA--MICOM: Ekspor kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia akan
diarahkan ke pasar Eropa Timur. Hal ini terkait sulitnya menembus pasar
Eropa Barat yang menerapkan batasan tarif dan persyaratan yang
menyulitkan eksportir Indonesia.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi menyatakan saat ini
Serbia-Montenegro, salah satu negara Eropa Timur, sudah menyatakan
minatnya terhadap produk perkebunan Indonesia, terutama CPO.
Untuk jangka panjang, Serebia-Montenegro bahkan sudah menyatakan
kesanggupannya untuk menjadi jembatan produk-produk ekspor perkebunan
Indonesia ke negara-negara Eropa Timur.
"Pemerintah Serbia-Montenegro menyatakan permintaannya kepada
Kementerian Pertanian agar ekspor komoditas perkebunan bisa dikirim ke
negara tersebut. Mereka juga siap menjadi <>hub<> baru bagi
pengiriman ekspor komoditas Indonesia ke kawasan Eropa Timur," kata Bayu
di Jakarta, Senin (21/3).
Pasar Eropa Timur, sambung Bayu, juga sangat prospektif sebagai
tujuan pasar ekspor karena populasi penduduk 300-400 juta orang. Selain
CPO, berdasarkan keadaan geografisnya, Eropa Timur dihitung juga
membutuhkan pasokan komoditas perkebunan seperti karet, kopi, dan kakao
dalam jumlah tinggi.
Pasar baru ekspor CPO ini memberi prospek cerah bagi para eksportir
yang terbentur ketatnya persyaratan ekspor ke Eropa Barat. Eropa Timur
memiliki aturan perdagangan internasional yang tidak seselektif pasar
Eropa Barat. Pengiriman ekspor komoditas ke Eropa Barat melalui
pelabuhan Rotterdam Belanda dan Hamburg Jerman juga sudah kurang
ekonomis mengingat aturan perdagangan yang makin selektif dan jarak
tempuh yang jauh.
"Karena itu, kenapa negara seperti Serbia-Montenegro misalnya tidak
kita jadikan hub perdagangan saja. Kita melihat ini sangat prospektif,"
imbuh Bayu.
Wakil Ketua I Dewan Minyak Sawit Nasional Derombangun menyambut baik
arahan pemerintah ini. Menurutnya, industri siap melirik pasar
negara-negara Eropa Timur sehubungan dengan perlambatan ekonomi AS dan
negara-negara Eropa Barat, kawasan ini menjadi pasar tujuan ekspor
komoditas CPO yang cukup prospektif di masa mendatang.
"Mungkin di awal penerapannya, volume ekspor yang bisa dikirim baru
puluhan atau ratusan ribu ton saja, tapi dengan regulasi yang tidak
berbelit-belit prospek ekspor CPO ke Eropa Timur saya rasa cerah," kata
Derombangun.
Derombangun mengakui saat ini memang pasar Eropa Timur belum banyak
dilirik eksportir CPO. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia (Gapki) per Januari 2011, pasar tujuan ekspor CPO Indonesia
terbesar masih didominasi India 24,49% atau 368,9 ribu ton, kemudian
disusul China, AS, Eropa Barat, dan Pakistan.
"Sebetulnya sudah ada CPO kita yang diekspor ke Eropa Timur dalam
volume puluhan ribu ton seperti Ukraina, tapi biasanya berasal dari
pihak ketiga seperti Pakistan," imbuhnya.
Di sisi lain, target ekspor ini akan mendapat tantangan dari segi
produksi. Peningkatan produksi CPO dalam negeri yang sebelumnya
diperkirakan bisa mencapai 25,4 juta ton di 2011 sulit terealisasi
akibat iklim ekstrem dan banyaknya tanaman sawit yang sudah melewati
umur produktif.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Joko
Supriyono menyatakan memperkirakan produksi CPO Indonesia sepanjang 2011
diperkirakan hanya naik 1-1 hingga 5 juta ton dari produksi 2010
sebesar 21 juta ton.
"Kita dihadapkan pada perubahan yang tidak menentu. Setiap tiga bulan
sekali terjadi perubahan iklim. Ini membuat kita sulit memastikan adanya
peningkatan produksi," tandas Joko.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, SENIN, 21 MARET 2011