(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Disbun Monitor ke Perusahaan Perkebunan (1)

28 Mei 2012 Admin Website Artikel 6049

SAMARINDA. Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim menurunkan tim monitoring dan evaluasi ke tiga perusahaan sawit, beberapa waktu lalu.

Kepala Bidang Usaha, Ir. Moh. Yusuf, M.Si mengatakan, ketiga perusahaan itu masing - masing PT Swakarsa Sinar Sentosa dan PT Tapian Nadenggan di Kutai Timur dan PT Hutan Hijau Mas di Berau.

"Tujuan tim turun ke lapangan sehubungan dengan monitoring dan evaluasi tim penetapan harga tandan buah segar kelapa sawit milik pekebunyang dijual kepada ketiga perusahaan tersebut", jelas dia.

Moh. Yusuf langsung memimpin tim turun ke lokasi, disamping pejabat dari Disbun Kutim, Disbun Berau, APKASINDO, GAPKI Kaltim, PTPN XIII  dan pelaksana.

Saat peninjauan hari pertama ke lapangan tim mengadakan pertemuan di lokasi PT Tapian Nadenggan, dengan alamat Desa Jak Luay kecamatan Muara Wahau, Kutim.

Dari hasil monitoring dan evaluasi dengan PT Tapian Nadenggan (Sinar Mas Grup), diantaranya proses pengangkutan crude palm oil (CPO) dan kernel, dimana pengangkutan CPO menggunakan truk dari pabrik ke sungai melewati Batu Redi desa Muara Pantun. Jarak yang ditempuh sejauh 20 km atau sekitar 1 - 1,5 jam dengan ongkos angkut Rp. 55,- kemudian diangkut lewat sungai ke Kupang Baru dengan ongkos Rp. 132/kg.

Sedangkan untuk pengangkutan kernel lewat darat dari pabrik ke Samarinda dengan menempuh jarak 400 km atau setara dengan 15 - 18 jam, kondisi jalan sebagian besar rusak. Ongkos yang dikenakan sebesar Rp, 395,-/kg.

Selain itu, tim juga melakukan diskusi tentang ongkos angkut, biaya operasional dan kemitraan dimana untuk pengolahanTBS dari kebun  plasma ± 1.400 ton yang diolah per bulan dengan penyaluran melalui koperasi, diantaranya Koperasi Karya Baru, Koperasi Sawit Harapan Jaya dan Koperasi Muara Pantun.

"Biaya olah TBS sebesar Rp. 153,73/kg cukup tinggi dibanding  perusahaan lainnya. Hal ini diakibatkan pabrik yang belum mengolah secara maksimal sesuai dengan kapasitas pabrik", tambahnya.

Seperti diketahui bahwa komponen biaya angkut CPO-kernel sangat mempengaruhi harga beli TBS oleh pabrik, semakin tinggi  ongkos angkut maka Indeks "K" semakin menurun sehingga harga beli TBS oleh Pabrik juga menurun. Tingginya ongkos angkut di Kaltim disebabkan oleh kondisi jalan yang sebagian besar rusak  disamping faktor  jauhnya jarak dari pabrik ke pelabuhan/terminal CPO.

Selain di 3 perusahaan tersebut, tim mengadakan pertemuan dengan pengurus koperasi Perkebunan Sawit Rakyat di Kecamatan Wahau dan Apkasindo Kec. wahau, dengan maksud  memperoleh aspirasi dari mereka. mereka berpendapat bahwa pendapatan petani sawit di kecamatan tersebut saat ini sangat baik, namun masih diperlukan campur tangan pemerintah untuk membenahi jalan-jalan menuju kebun sawit yang banyak belum memadai. (rey)

SUMBER : BIDANG USAHA

Artikel Terkait