Disbun Lanjutkan Sosialisasi Peredaran Benih Sawit Palsu
SAMARINDA. Sebanyak 40 persen bibit sawit beredar di
Sumatera dan Kalimantan saat ini diduga palsu
serta tidak dilengkapi dengan dokumen resmi.
Hal tersebut diungkapkan Kepala UPTD Peredaran Benih Perkebunan Disbun Kaltim,
Ir. Irsal Syamsa pada acara sosialisasi peredaran benih palsu yang dilaksanakan
di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kutai Barar, awal pekan ini.
Sosialisasi yang diikuti oleh petugas penyuluh lapangan, kepala desa dan
petani/penangkar bibit bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
tentang peraturan perbenihan yakni Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman dan PP 44Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman serta
Permentan No.39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi,Sertifikasi dan
Peredaran Benih Bina agar masyarakat dapat mengetahui mana bibit yang resmi dan
mana bibit yang tidak resmi (illigitim) yang dikeluarkan oleh sumber benih
resmi
Sementara itu, menurut Agus Suparman, Kasi Pengawasan Mutu Benih yang juga sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut menyampaikan dari beberapa sosialisasi yang telah dilaksanakn oleh instansinya, ternyata terdapat 34 kasus ditemukannya bibit palsu di Kaltim, diantaranya ditemukan di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kutai Barat.
"Untuk membedakan secara fisik bentuk bibit palsu dan yang tidak palsu memang sangat sulit, yang membedakannya adalah dokumen yang menyertai bibit tersebut. Hal ini harus diantisipasi oleh masyarakat petani karena kemasan dan sertifikat serta dokumen pendukung lainnya dapat dibuat sendiri oleh oknum yang tidak bertanggungjawab sehingga dapat terkesan asli", kata Agus Suparman dihadapan peserta kegiatan.
Menurutnya untuk membedakan kecambah yang asli maupun yang tidak dapat dilihat dari tatto bertuliskan PPKS yang tercetak pada biji kecambah yang letaknya tidak teratur dan agak timbul tulisannya karena dicetak dengan mesin sehingga bisa jadi tulisan tidak selalu tercetak pada bidang benih yang rata. Selain itu bibit yang asli tulisan PPKS bila diusap dengan air tidak hilang.
"Beda dengan yang palsu Tato tulisannya dicetak pada bidang benih yang datar sehingga seragam karena dicetak menggunakan tangan secara manual,selain itu bila kena air tulisan bisa hilang," kata Agus.
Selain itu pada masa produksi nantinya , bibit yang asli bisa menghasilkan TBS hingga 25-30 ton/ hektar / pertahun beda dengan yang palsu hanya mencapai 10 ton/hektar/pertahun. Hal itu disebabkan karena proses persilangan untuk menghasilkan bibit tidak dilakukan secara benar sehingga dirinya meminta kepada masyarakat petani membeli benih/kecambah dari sumber benih yang resmi. Setidaknya terdapat 10 lembaga /instansi yang mengeluarkan benih resmi di Indonesia seperti PPKS Medan dan Bogor. (rey)
SUMBER : UPTD PENGAWASAN BENIH PERKEBUNAN