Disbun Kaltim Tertarik Kembangkan Kopi Luwak
SAMARINDA.
Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim berencana akan mengembangkan budidaya kopi
luwak (musang), yakni kopi hasil fermentasi dari perut binatang tersebut.
Kepala UPTD Teknologi Terapan Perkebunan, Ir Henny Herdiyanto menyebutkan, kopi
luwak selain memiliki citarasa yang unik juga harga di pasaran cukup mahal.
Kopi hasil fermentasi itu sangat istimewa karena kekhasan proses, kelangkaan
dan citarasa yang unik yang tidak ditemui dalam kopi jenis lainnya.
Kopi luwak menurut dia, memiliki rasa seimbang, antara manis, pahit dan asam,
terasa lebih lama / after taste.
Selain itu, kandungan protein yang rendah pada kopi luwak menghasilkan citarasa
yang superior. Itu terjadi karena saat proses pencernaan di perut luwak,
protein tercerna dan keluar dari biji kopi.
Oleh karena itu, sebelum melakukan pengembangan budidaya kopi luwak tersebut,
pihaknya mengadakan studi banding di Gapoktan Agro Alam Lestari di Desa
Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang merupakan Gapoktan yang telah
berhasil mengembangkan budidaya kopi luwak, 13-16 Juli yang lalu.
Menurutnya, tujuan dari studi banding ini diantaranya adalah melakukan
pembelajaran yang berkaitan dengan proses pengolahan kopi luwak secara langsung
guna meningkatkan pengetahuan petugas dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Sampai dengan tahun 2011, luas komoditi kopi robusta di Kaltim mencapai 10.586
hektare dengan produksi 2.312 ton biji kering dan petani yang bekerja di sektor
itu sekitar 13 ribu kepala keluarga.
"Harga biji kering kopi hanya berkisar Rp 18ribu/kilogram, sementara harga
kopi luwak di pasaran dunia mencapai
jutaan rupiah/kilogram, bahkan harga secangkir kopi luwak bisa mencapai
Rp 500 ribu/cangkir", ungkap Henny.
"Mengembangkan budidaya kopi luwak ini merupakan salah satu alternatif meningkatkan perekonomian daerah dan dapat memberikan efek pemberdayaan ekonomi masyarakat pekebun di masa mendatang", harapnya. (rey)
SUMBER : UPTD TEKNOLOGI TERAPAN PERKEBUNAN