SAMARINDA. Guna mengantisipasi serta meminimalisir
peredaran benih kelapa sawit palsu di Kaltim, Dinas Perkebunan (Disbun)
Kaltim menggelar pertemuan penangkar/waralaba kelapa sawit dan Penguatan
Modal Usaha Kelompok (PMUK) di Kaltim.
"Pertemuan hari ini sebagai upaya pemerintah khususnya Disbun selaku
instansi teknis bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan terhadap
peredaran bibit sawit. Kami mengimbau agar petani tidak tergoda membeli
bibit harga murah," kata Etnawati usai membuka pertemuan di UPTD
Pengembangan dan Perlindungan tanaman Perkebunan Samarinda, Kamis
(28/6).
Berbagai upaya telah dilakukan Disbun Kaltim terutama dengan
mengoptimalkan kinerja Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perkebunan.
Berbagai tempat diawasi termasuk pintu-pintu masuk peredaran bibit
seperti bandara, pelabuhan maupun terminal.
Saat bertugas, PPNS Perkebunan berkerjasama dengan aparat kepolisian.
Kerjasama yang dilakukan selama ini telah banyak membuahkan hasil yakni
dengan tertangkapnya para pengedar bibit maupun benih (kecambah) kelapa
sawit palsu.
Etna mengharapkan agar para petani lebih jeli saat membeli bibit maupun
benih sawit terutama jika bibit tersebut tidak disertai dengan
sertifikat, maka berarti bibit ataupun benih yang ditawarkan itu
pastilah palsu.
Bibit sawit palsu ini biasanya dibeli oleh petani atau pekebun (plasma)
karena terpengaruh penawaran harga yang murah. Padahal, bibit itu sudah
jelas tidak disertai sertifikat sebagai jaminan dari penangkar yang
ditunjuk pemerintah.
Walaupun ada diantara petani yang mengetahui bibit tanpa sertifikat
diindikasikan benih palsu namun karena terpengaruh dengan harga murah
akhirnya tetap membeli. "Kita akan terus memberikan pemahaman kepada
petani tentang kerugian membeli bibit palsu ini," jelasnya.
Upaya yang dilakukan adalah dengan melibatkan para penangkar/waralaba
yang berperan menyalurkan bibit maupun benih sawit yang bersertifikat
kepada petani. Selain itu, petani diharapkan bisa selalu berkoordinasi
dan berkonsultasi dengan Disbun Kaltim untuk pengadaan bibit sawitnya.
Sementara itu Direktur Komersial PT Sasaran Ehsan Mekarsari Alan Rahman
mengemukakan menanam sawit tidak sama dengan menanam tanaman perkebunan
lainnya. Menanam sawit diperlukan bibit atau benih yang berasal dari
indukan atau serbukan.
"Menanam sawit tidak sama seperti menanam buah mangga atau tanaman
perkebunan lainnya. Asal tanam biji akan tumbuh pohon dan buah yang
sama. Tetapi sawit adalah tanaman hibrida yang memerlukan proses indukan
ataupun penyerbukan yang terpilih," jelas Alan Rahman.
Disebutkannya untuk harga benih (kecambah) kelapa sawit di pasaran
rata-rata Rp10.000 perbenih termasuk benih yang dihasilkan PT Sasaran
Ehsan Mekarsari Bogor. Untuk pelayanan pembelian serta menjamin
keamanan benih, maka perusahaan mengantarnya hingga ke daerah bahkan ke
lokasi pekebun.
Pertemuan ini diikuti tujuh kelompok dari Kabupaten Kutai Kartanegara,
yakni, Kelompok Berdikari, Kelompok Sehati, Kelompok Mandiri, Kelompok
Jaya Abadi dan kelompok Abadi Jaya serta Kelompok Sejahtera.
Sedangkan pihak waralaba yang hadir antaralain PT Kharisma Bangun
Pratama dan PT Sangkuang Prima Jaya serta PT Agrotama Sarana Produksi.
Jumlah peserta pertemuan sebanyak 35 orang. (yans/hmsprov)
SUMBER : BIDANG PRODUKSI