CPO Segera Masuk BBJ
10 Maret 2009
Admin Website
Artikel
4596
Deputi Menneg BUMN Bidang Agro Industri, Perkebunan, dan Percetakan Agus Pakpahan mengatakan, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan BBJ untuk memfinalisasi perdagangan CPO di pasar berjangka. "Kami ingin ada indeks harga CPO Indonesia," ujarnya kemarin (9/3).
#img1# Menurut Agus, Kementerian BUMN terlibat aktif dalam persiapan masuknya CPO ke BBJ karena nantinya sebagian produksi BUMN perkebunan (PT Perkebunan Nusantara) akan ikut diperdagangkan di BBJ. "Saat ini, sistem perdagangannya tengah dibangun," katanya.
Agus mengatakan, sebagai salah satu produsen utama CPO di dunia, Indonesia memang kalah maju dibandingkan Malaysia yang sudah memiliki indeks harga CPO MDEX. Bahkan, perdagangan CPO dunia selama ini lebih banyak menggunakan acuan harga di pasar berjangka Rotterdam, Belanda.
Karena itu, lanjut Agus, pekan ini Kementerian BUMN bersama manajemen BBJ akan berkunjung ke Malaysia untuk mempelajari struktur pasar berjangka CPO di MDEX. "Sebagai produsen utama, sangat penting bagi Indonesia untuk menciptakan suatu lembaga trading yang baik," terangnya.
Selama ini, perdagangan CPO dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Menurut Agus, upaya memasukkan komoditas CPO ke BBJ bertujuan untuk mendapatkan price indicator yang lebih kompetitif jika dibandingkan dengan KPB. "Kami ingin ada harga pembanding yang bisa mencerminkan real value di market," jelasnya.
Menurut Agus, jika finalisasi sistem perdagangan CPO di BBJ bisa segera rampung, maka pada tahun ini juga komoditas CPO bisa langsung masuk ke BBJ. "Kami berharap tahun ini sudah berjalan," ujarnya.
PROSPEK CERAH
Persiapan masuknya CPO ke BBJ sudah dilakukan sejak pertengahan tahun lalu. Direktur Utama BBJ Hasan Zein Mahmud mengatakan, pihaknya sudah melakukan simulasi transaksi CPO dan olein (produk olahan CPO) pada Juli - Agustus 2008. "Simulasi transaksi CPO lebih banyak diminati daripada emas maupun kakao," ujarnya.
Dalam simulasi tersebut, sebanyak 38 pialang ikut bertransaksi mengikuti simulasi dengan jumlah peserta mencapai 658 orang. Total volume transaksi selama simulasi mencapai 81.772 lot dengan frekuensi transaksi mencapai 44.761 kali.
Hasan optimistis, prospek perdagangan CPO dan olein cukup cerah. Apalagi, pihaknya mendapat dukungan dari Kementerian BUMN dan seluruh PTPN penghasil CPO. "Ini sangat membantu," katanya.
Menurut dia, jika sistem elektronik BBJ siap, maka peluncuran perdagangan fisik CPO direncanakan bisa dimulai pada Juni - Juli tahun ini. Dia mengakui, perdagangan fisik CPO memang terkendala sistem BBJ yang masih perlu penyempurnaan.
Perdagangan komoditas fisik merupakan salah satu prioritas BBJ tahun ini. Selain CPO, perdagangan fisik lain yang tengah diupayakan oleh BBJ adalah beras, kopi, kakao, dan emas.
Untuk perdangan beras, BBJ berencana merintis kerja sama dengan Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) serta Badan Urusan Logistik (Bulog). Sedangkan untuk perdagangan fisik emas, BBJ tengah merintis kerjasama dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk transaksi sertifikat negotiable gold forward (NGF).
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 10 MARET 2009