Biji Kakao Masuk Bursa Berjangka
15 Desember 2011
Admin Website
Artikel
4650
JAKARTA. Biji Kakao hari ini resmi menjadi komoditi
yang diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures
exchange (JFX). Kakao menambah komoditi yang diperdagangkan di JFX
seperti Oilen (produk turunan CPO), Emas dan lain-lain.
Menurut Direktur JFX, binar Sakti Wibowo,Indonesia merupakan salah satu negara produsen biji kakao terbesar ketiga di dunia, selain Pantai Gading dan Ghana, jadi sudah sepantasnya menentukan harga coklat dunia.
"Indonesia adalah produsen kakao nomor 3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, sehingga Indonesia seharusnya mampu menentukan harga coklat dunia. Namun saat ini, harga kakao dan coklat dunia masih banyak ditentukan oleh negara lain," kata Direktur JFX Binar Sakti Wibowo di di Financial Hall, Graha Niaga, Jakarta, Kamis (15/12/2011)
Apalagi dengannya adanya kontrak berjangka kakao dalam rangka mengantisipasi kebangkitan industri kakao dan coklat nasional yang semakin berkembang.
"Disamping bertujuan untuk price discovery atau penbentukan harga, perdagangan biji kakao di Bursa Berjangka Jakarta ini adalah untuk memberikan fasilitas hedging (lindung nilai) kepada para pelaku usaha industri kakao dan coklat nasional," jelasnya.
Nantinya di JFX, kontrak kakao diperdagangkan degan simbol CC5 dan setiap 1 lot bernilai 5 metrik ton. Di JFX biji kakao merupakan komoditas ke 9 yang di perdagangkan.
"Bulan kontrak adalah Maret, Mei, Juli, September dan Desember. Sedangkan mutu biji kakao yang diperdagangkan adalah kakao fermentasi sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). Sementara tempat penyerahan di gudang penyimpanan terdaftar di Makasar, Palu dan Lampung," paparnya.
Berdasarkan data kementerian perindustrian memperlihatkan bahwa ekspor kakao olahan Indonesia meningkat dari US$142 pada Januari-Mei 2010 menjadi USD$216,4 juta pada tahun ini.
Beberapa industri yang berjalan normal bahkan saat ini sedang melakukan ekspansi. Bahkan manisnya industri coklat nasional ini telah manarik investor asing seperti Cargil, ADM, JB Cocoa, dan Barry Callebaut.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, KAMIS, 15 DESEMBER 2011
Menurut Direktur JFX, binar Sakti Wibowo,Indonesia merupakan salah satu negara produsen biji kakao terbesar ketiga di dunia, selain Pantai Gading dan Ghana, jadi sudah sepantasnya menentukan harga coklat dunia.
"Indonesia adalah produsen kakao nomor 3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, sehingga Indonesia seharusnya mampu menentukan harga coklat dunia. Namun saat ini, harga kakao dan coklat dunia masih banyak ditentukan oleh negara lain," kata Direktur JFX Binar Sakti Wibowo di di Financial Hall, Graha Niaga, Jakarta, Kamis (15/12/2011)
Apalagi dengannya adanya kontrak berjangka kakao dalam rangka mengantisipasi kebangkitan industri kakao dan coklat nasional yang semakin berkembang.
"Disamping bertujuan untuk price discovery atau penbentukan harga, perdagangan biji kakao di Bursa Berjangka Jakarta ini adalah untuk memberikan fasilitas hedging (lindung nilai) kepada para pelaku usaha industri kakao dan coklat nasional," jelasnya.
Nantinya di JFX, kontrak kakao diperdagangkan degan simbol CC5 dan setiap 1 lot bernilai 5 metrik ton. Di JFX biji kakao merupakan komoditas ke 9 yang di perdagangkan.
"Bulan kontrak adalah Maret, Mei, Juli, September dan Desember. Sedangkan mutu biji kakao yang diperdagangkan adalah kakao fermentasi sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). Sementara tempat penyerahan di gudang penyimpanan terdaftar di Makasar, Palu dan Lampung," paparnya.
Berdasarkan data kementerian perindustrian memperlihatkan bahwa ekspor kakao olahan Indonesia meningkat dari US$142 pada Januari-Mei 2010 menjadi USD$216,4 juta pada tahun ini.
Beberapa industri yang berjalan normal bahkan saat ini sedang melakukan ekspansi. Bahkan manisnya industri coklat nasional ini telah manarik investor asing seperti Cargil, ADM, JB Cocoa, dan Barry Callebaut.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, KAMIS, 15 DESEMBER 2011