JAKARTA--MICOM: Pemerintah
membatalkan penerapan kebijakan bea keluar (BK) kelapa. Lambatnya
penetapan BK kelapa karena hampir 95% produksi kelapa dalam negeri
dihasilkan dari perkebunan rakyat.
Demikian Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di ruang
kerjanya di Jakarta, Jumat (19/8). "Penerapan BK kelapa ini
perkembangannya lambat karena berupa perkebunan kelapa rakyat. Ini
sebagian besar tanamannya sudah tua dan masih kesulitan teknologi serta
mekanisme peremajaannya," kata Bayu.
Dia menambahkan, pemerintah ragu untuk menerapkan BK kelapa
karena perkembangan teknologi dalam produksi kelapa dalam negeri tidak
berbanding lurus dengan pesatnya perkembangan teknologi pengolahan
kelapa di luar negeri.
"Di luar negeri teknologi pengolahan kelapa justru berkembang
cepat. Sehingga dengan teknologi itu praktis nilai ekonomis dari kelapa
itu tidak ada yang hilang. Mulai dari buahnya, serabutnya, airnya
pokoknya semua bisa diolah jadi punya nilai tambah," ungkapnya.
Bayu mencontohkan dalam hal permintaan biji kelapa. Permintaan
biji kelapa segar di luar negeri mulai meningkat dan membuat bisnis
kelapa di dalam negeri kekurangan bahan baku karena produksi banyak
diekspor.
"Meskipun demikian sebenarnya petani kelapa justru diuntungkan
dengan meningkatnya permintaan dunia akan biji kelapa. Alasannya, harga
ikut meningkat," katanya.
Agar nilai tambah dari biji kelapa tidak seluruhnya keluar
memenuhi permintaan ekspor, kata Bayu, penerapan BK sempat diusulkan.
Namun, akhirnya dibatalkan dengan alasan penerapan BK akan membuat
petani kelapa bisa kehilangan insentif harga yang sedang tinggi dari
komoditas kelapa ini.
Akhirnya dari kementan mengusulkan menggunakan time table.
Artinya, BK bisa diterapkan tetapi untuk tahap awal nilainya kecil
sekali, mungkin 1 persen. Sehingga kita bisa mencatat proses ekspornya.
Setelah 2-3 tahun kemudian baru nilai BK dinaikkan.
"Dengan begini diharapkan industri dalam negeri bisa ambil sikap
dengan meningkatkan nilai tambah dari biji kelapa. Sehingga nantinya
bisa mencontoh pengalaman positif dari BK kakao yang saat ini
ekspansinya bisa naik 40 persen dari hasil olahan," ujarnya.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, JUMAT, 19 AGUSTUS 2011