Bea Keluar Kelapa Ditunda
20 Agustus 2011
Admin Website
Artikel
3591
JAKARTA--MICOM: Pemerintah
membatalkan penerapan kebijakan bea keluar (BK) kelapa. Lambatnya
penetapan BK kelapa karena hampir 95% produksi kelapa dalam negeri
dihasilkan dari perkebunan rakyat.
Demikian Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di ruang kerjanya di Jakarta, Jumat (19/8). "Penerapan BK kelapa ini perkembangannya lambat karena berupa perkebunan kelapa rakyat. Ini sebagian besar tanamannya sudah tua dan masih kesulitan teknologi serta mekanisme peremajaannya," kata Bayu.
Dia menambahkan, pemerintah ragu untuk menerapkan BK kelapa karena perkembangan teknologi dalam produksi kelapa dalam negeri tidak berbanding lurus dengan pesatnya perkembangan teknologi pengolahan kelapa di luar negeri.
"Di luar negeri teknologi pengolahan kelapa justru berkembang cepat. Sehingga dengan teknologi itu praktis nilai ekonomis dari kelapa itu tidak ada yang hilang. Mulai dari buahnya, serabutnya, airnya pokoknya semua bisa diolah jadi punya nilai tambah," ungkapnya.
Bayu mencontohkan dalam hal permintaan biji kelapa. Permintaan biji kelapa segar di luar negeri mulai meningkat dan membuat bisnis kelapa di dalam negeri kekurangan bahan baku karena produksi banyak diekspor.
"Meskipun demikian sebenarnya petani kelapa justru diuntungkan dengan meningkatnya permintaan dunia akan biji kelapa. Alasannya, harga ikut meningkat," katanya.
Agar nilai tambah dari biji kelapa tidak seluruhnya keluar memenuhi permintaan ekspor, kata Bayu, penerapan BK sempat diusulkan. Namun, akhirnya dibatalkan dengan alasan penerapan BK akan membuat petani kelapa bisa kehilangan insentif harga yang sedang tinggi dari komoditas kelapa ini.
Akhirnya dari kementan mengusulkan menggunakan time table. Artinya, BK bisa diterapkan tetapi untuk tahap awal nilainya kecil sekali, mungkin 1 persen. Sehingga kita bisa mencatat proses ekspornya. Setelah 2-3 tahun kemudian baru nilai BK dinaikkan.
"Dengan begini diharapkan industri dalam negeri bisa ambil sikap dengan meningkatkan nilai tambah dari biji kelapa. Sehingga nantinya bisa mencontoh pengalaman positif dari BK kakao yang saat ini ekspansinya bisa naik 40 persen dari hasil olahan," ujarnya.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, JUMAT, 19 AGUSTUS 2011
Demikian Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di ruang kerjanya di Jakarta, Jumat (19/8). "Penerapan BK kelapa ini perkembangannya lambat karena berupa perkebunan kelapa rakyat. Ini sebagian besar tanamannya sudah tua dan masih kesulitan teknologi serta mekanisme peremajaannya," kata Bayu.
Dia menambahkan, pemerintah ragu untuk menerapkan BK kelapa karena perkembangan teknologi dalam produksi kelapa dalam negeri tidak berbanding lurus dengan pesatnya perkembangan teknologi pengolahan kelapa di luar negeri.
"Di luar negeri teknologi pengolahan kelapa justru berkembang cepat. Sehingga dengan teknologi itu praktis nilai ekonomis dari kelapa itu tidak ada yang hilang. Mulai dari buahnya, serabutnya, airnya pokoknya semua bisa diolah jadi punya nilai tambah," ungkapnya.
Bayu mencontohkan dalam hal permintaan biji kelapa. Permintaan biji kelapa segar di luar negeri mulai meningkat dan membuat bisnis kelapa di dalam negeri kekurangan bahan baku karena produksi banyak diekspor.
"Meskipun demikian sebenarnya petani kelapa justru diuntungkan dengan meningkatnya permintaan dunia akan biji kelapa. Alasannya, harga ikut meningkat," katanya.
Agar nilai tambah dari biji kelapa tidak seluruhnya keluar memenuhi permintaan ekspor, kata Bayu, penerapan BK sempat diusulkan. Namun, akhirnya dibatalkan dengan alasan penerapan BK akan membuat petani kelapa bisa kehilangan insentif harga yang sedang tinggi dari komoditas kelapa ini.
Akhirnya dari kementan mengusulkan menggunakan time table. Artinya, BK bisa diterapkan tetapi untuk tahap awal nilainya kecil sekali, mungkin 1 persen. Sehingga kita bisa mencatat proses ekspornya. Setelah 2-3 tahun kemudian baru nilai BK dinaikkan.
"Dengan begini diharapkan industri dalam negeri bisa ambil sikap dengan meningkatkan nilai tambah dari biji kelapa. Sehingga nantinya bisa mencontoh pengalaman positif dari BK kakao yang saat ini ekspansinya bisa naik 40 persen dari hasil olahan," ujarnya.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, JUMAT, 19 AGUSTUS 2011