
SAMARINDA. Upaya advokasi terus dilakukan dunia usaha untuk menjaga citra produk
kelapa sawit Indonesia di pasar global. Terbaru, Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan akan menyampaikan pandangan
dalam kunjungan resmi di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New
York, Rabu (6/9) besok.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono
dijadwalkan menjadi pembicara pada kunjungan tersebut. Dia akan
menjelaskan sikap dan posisi dunia usaha terkait isu-isu keberlanjutan
di sektor pendulang devisa negara terbesar tersebut.
“Selain berbicara secara resmi di PBB, kami juga akan melakukan sejumlah informal meeting dengan
para pemangku kepentingan selama kunjungan ke Amerika Serikat ini,”
kata Joko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (1/9).
Kehadiran
Gapki dalam pertemuan tingkat tinggi di PBB ini adalah atas undangan
Program Pembangunan PBB (UNDP) yang menggagas diskusi tentang isu
keberlanjutan di sejumlah sektor ekonomi di negara berkembang. Selain
Gapki, UNDP juga mengundang perwakilan pemerintah Republik Indonesia
dalam forum tersebut, bersama negara berkembang lain seperti Brasil dan
Liberia.
Joko mengatakan, dengan sumbangan devisa mencapai USD
18,5 miliar atau sekitar Rp 240 triliun, kelapa sawit menjadi sektor
strategis Indonesia. Selain itu, tanaman ini sawit menyerap lebih dari 5
juta tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah-wilayah
pinggiran.
“Kami setuju bahwa tata kelola perkebunan kelapa
sawit harus berkelanjutan. Di sinilah kita duduk bersama di PBB ini,
seperti apa keberlanjutan sektor kelapa sawit yang ingin kita capai
bersama,” ungkapnya.
Terkait kebakaran lahan, Joko menegaskan
koordinasi telah dilakukan oleh pemerintah dan dunia sepanjang tahun
ini. Hasilnya, tidak ada lagi laporan adanya titik api dari dalam
konsesi perusahaan. Seluruh anggota Gapki pun juga ikut membantu
memadamkan api di luar konsesi perusahaan.
Permintaan minyak sawit dari kedua wilayah tersebut terus meningkat.
Pada semester I tahun 2017, ekspor ke Uni Eropa mencapai 2,7 juta ton
atau meningkat 42 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 1,9 juta ton. (man2/k18)
DIKUTIP DARI PRO KALTIM