21.979 Hektare sudah Hasil Getah Karet
18 Maret 2008
Admin Website
Artikel
1934
Menurut Kepala Dinas Pertanian Ir H Achmad Sofyan MM, untuk tahun 2007, Kubar mampu memproduksi 28.184,5 ton getah karet. Menurutnya, masyarakat Kubar sudah sejak dulu menanam karet, sebelum adanya program pemerintah.
Berkaitan dengan harga karet yang sering tidak stabil, menurut Sofyan, selama ini harga karet sangat ditentukan harga pasar.
"Ditambah lagi pengolahan karet kita sangat sederhana dan mudah, sehingga hasil yang didapatkan para petani bukan pada standar ekspor, lebih pada pokar yang lebih dikenal dengan sebutan tanaman olah rakyat asal jadi," ujarnya.
Ditambahkan menurut data yang diperoleh di beberapa tempat, hasil yang dicapai para petani mencapai Rp 500.000 per minggu jadi dalam satu bulan hasilnya mencapai Rp 2.200.000. Sementara pembangunan kebun itu sendiri, dulunya capaian hasil yang ingin ditingkatkan kepada para petani yaitu Rp 1.500.000.
"Jadi rata-rata hasil produksi para petani Kutai Barat mencapai Rp 1.500.000 hingga Rp 2.000.000 per bulan," ujarnya.
Sofyan mengimbau kepada seluruh petani karet hendaknya memiliki kelompok, tidak bekerja secara individu sehingga negosiasi harga bisa menjadi patokan, misalnya membuat ikatan perjanjian. Distan sangat berharap di Mencimai segera dibangun pabrik pengolahan karet, sehingga mutu karet akan lebih lebih baik. "Kita akan sungguh memberdayakan para pembeli lokal kita," ujarnya. (lex)
Disiapkan Bantuan untuk Petani
DINAS Pertanian Kutai Barat memberikan kesempatan kepada petani untuk mengajukan permohonan bantuan kepada Distan dengan cara mengajukan proposal yang ditujukan kepada Distan, kemudian akan diuji oleh tim verifikasi Calon Petani Calon Lahan (CCL) Distan, untuk melihat keberadaan kelompok, organisasi dan lahan karet yang akan dikelola masyarakat petani.
Menurut Kadis Pertanian Kubar Ir Achmad Sofyan MM, usai dilakukan identifikasi maka akan dilakukan sosialisasi dengan tujuan agar petani bisa mengetahui hak-haknya. Oleh karena itu, program Distan kedepan adalah menambah lahan perkebunan lagi seluas 5.000 hektare, yang tersebar di setiap kecamatan yang ada di Kubar.
"Tujuan dari program ini ialah selain untuk menambah pendapatan dari petani, juga untuk mengurangi laju kerusakan lahan dan utama mencukupi produksi pabrik pengolahan karet yang ada di Mencimai," ujar Sofyan.
Dijelaskan, juga akan melakukan pengembangan tanaman karet dengan pola pengembangan lahan tanpa bakar, seluas 20 hektare. Program itu bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi yang akan dilaksanakan di Kecamatan Nyuatan dan Mook Manaar Bulatn.
"Yang dimaksud dengan buka lahan tanpa bakar aalah, lahan dibuka kemudian kayunya dikumpul, daunnya dijadikan kompos dan rantingnya dibakar untuk dijadikan arang kemudian abunya untuk kompos dan lahan yang siap akan ditanami komoditi perkebunan," ujarnya. (lex)
Dalam 5 Tahun Dipenuhi Pohon Karet
PEMERINTAH Kecamatan Nyuatan berupaya terus mengejar target penanaman phon karet. Dalam waktu lima tahun seluruh lahan tidur ditargetkan telah ditanam pohon karet, sehingga tingkat ekonomi masyarakat miskin yang berjumlah 581 rumah tangga miskin (RTM) bisa terangkat. Selain itu juga diperuntukkan untuk menyelamatkan lingkunganyang rusak, sejak jutaan pohon diambil dari hutan Nyuatan.
"Kami berupaya mengejar target agar dalam waktu 5 tahun seluruh lahan tidur yang tidak dimanfaatkan dapat ditanami pohon karet dan itu dilakukan dengan melakukan sosialisasi secara terus menerus kepada masyarakat Nyuatan yang berjumlah 6.391 jiwa. Di Kecamatan Melak dan Barong Tongkok telah sukses bertanam karet dan tingkat kehidupan mereka menjadi terangkat," ujar Camat Nyuatan Sarifuddin.
Ditambahkan, sebelumnya di Kecamatan Nyuatan ada tiga kampung yang menjadi lahan percontohan karet tahun 90-an yaitu Kampung Muut, Trajuq dan Temula. Namun keberhasilan tersebut belum diikuti enam kampung lainnya. Karena selama ini masyarakat masih mengandalkan hasil hutan dan menjadi petani tradisional.
"Pasalnya berdasarkan laporan ke BPS Kubar ada sekitar 581 RTM yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah kecamatan," ujarnya.
Menyikapi adanya 2 jenis karet, yaitu okulasi yang harganya Rp 3.500 per pohon dan pohon lokal yang dapat diambil dari lahan karet masyarakat, Sarifuddin menegaskan, hal itu tak perlu dikhawatirkan.
"Hingga saat ini para pembeli tidak mempersoalkan jenis pohon karet dan hampir setiap minggu mereka datang ke petani membeli getah karet tersebut," ujarnya.
Hal yang paling mengembirakan, lanjutnya, usai sosialisasi warga Kampung Sembuan langsung menanami lahan mereka dengan pohon karet. Saat ini sudah ratusan hektare lahan ditanaman pohon karet.
"Karena berdasarkan data sementara tiap petani memiliki minimal 5 hektare kebun karet dan paling besar mencapai ratusan hektar," ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Camat Siluq Ngurai Sukwanto yang mencanangkan program dua hektare perkebunan karet per penduduk dalam kurung waktu satu tahun. Program itu dilaksanakan untuk memanfaatkan lahan tidur yang tidak dibiarkan terbengkalai yang hanya ditumbuhi tanaman ilalang saja.
DIKUTIP DARI TRIBUN KALTIM, SABTU, 15 MARET 2008