RI Tak "Ekspor" TKI Kalau Serius Kembangkan Industri Sawit
26 Juli 2011
Admin Website
Artikel
3593
JAKARTA. Indonesia tidak perlu lagi mengekspor tenaga kerja ke luar negeri,
apabila pemerintah bisa meningkatkan pemanfaatan industri kelapa sawit
di dalam negeri.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Agribisnis, Pangan, dan Peternakan, Franky Widjadja dalam acara Rakor Pangan di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa (26/7/2011).
"Kalau lahan yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik (untuk kelapa sawit), maka kita tidak perlu ekspor TKI," yakin Franky.
Menurut Franky, saat ini sektor industri kelapa sawit telah menyerap 5 juta tenaga kerja. Angka tersebut merupakan bagian dari 50 juta pekerja di bidang agribisnis. "Jadi sekitar 10% bekerja di industri kelapa sawit," katanya.
"Jika setiap kepala keluarga diberikan lahan dua hektar, bayangkan kalau bisa diberi 1 juta hektar, berarti 500 ribu kepala keluarga yang bisa tertampung," ucapnya.
Dilanjutkan olehnya, misalnya terdapat 10 juta masyarakat kurang beruntung dan disiapkan 2 juta hektar lahan untuk kelapa sawit, maka lahan tersebut dapat menampung 1 juta pekerja tambahan.
"Belum lagi dari industri sampingannya. Dengan dikembangkannya industri sawit maka akan dibutuhkan sektor transportasi dan industri sampingannya," kata Franky.
"Jadi ini industri sampingannya dapat bersifat global. Jadi bisa saja tambah 1 juta pekerja dengan kelapa sawit dan 1 juta dari industri sampingannya," timpalnya sekali lagi.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SELASA, 26 JULI 2011
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Agribisnis, Pangan, dan Peternakan, Franky Widjadja dalam acara Rakor Pangan di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa (26/7/2011).
"Kalau lahan yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik (untuk kelapa sawit), maka kita tidak perlu ekspor TKI," yakin Franky.
Menurut Franky, saat ini sektor industri kelapa sawit telah menyerap 5 juta tenaga kerja. Angka tersebut merupakan bagian dari 50 juta pekerja di bidang agribisnis. "Jadi sekitar 10% bekerja di industri kelapa sawit," katanya.
"Jika setiap kepala keluarga diberikan lahan dua hektar, bayangkan kalau bisa diberi 1 juta hektar, berarti 500 ribu kepala keluarga yang bisa tertampung," ucapnya.
Dilanjutkan olehnya, misalnya terdapat 10 juta masyarakat kurang beruntung dan disiapkan 2 juta hektar lahan untuk kelapa sawit, maka lahan tersebut dapat menampung 1 juta pekerja tambahan.
"Belum lagi dari industri sampingannya. Dengan dikembangkannya industri sawit maka akan dibutuhkan sektor transportasi dan industri sampingannya," kata Franky.
"Jadi ini industri sampingannya dapat bersifat global. Jadi bisa saja tambah 1 juta pekerja dengan kelapa sawit dan 1 juta dari industri sampingannya," timpalnya sekali lagi.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SELASA, 26 JULI 2011