Petani Diajak Kembangkan Pola Tumpang Sari Sawit dan Kedelai
SAMARINDA. Petani sawit atau plasma diajak mengembangkan pola tumpang sari, yakni tanaman kedelai di lahan perkebunan kelapa sawit. Pengembangan pola tumpang sari ini dimaksudkan agar lahan tersebut tetap menghasilkan sementara tanaman sawit masih dalam proses replanting atau masa tanaman belum menghasilkan (TBM).
"Kita berharap mereka memanfaatkan masa TBM untuk menanam kacang-kacangan legum tinggi seperti kedelai. Selama ini kan cuma yang biasa, sehingga hasilnya tidak cukup menguntungkan. Apalagi sudah banyak teknologi dikembangkan untuk peningkatan produktivitas tanamannya," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (PTP) Kaltim, Ibrahim ketika berbincang, di Samarinda, Senin (12/5).
Menurut Ibrahim, dengan luasan lahan 1 hektare saja mampu memproduksi 1,8 sampai 2 ton kedelai. Jika harga pasarannya RP 7 ribu perkilorgam, maka petani dapat meraup keuntungan mencapai Rp 14 juta. Sementara biaya pengembangannya tidak terlalu mahal.
"Itu baru 1 hektare. Bagaimana jika petani punya lahan 2 sampai 5 hektare, tentu hasilnya lebih banyak lagi. Gilirannya kesejahteraan petani rakyat semakin baik pula," ucapnya.
Bagi petani yang ingin mengembangkannya, Pemprov siap mendukung pemilihan bibit yang tepat untuk iklim dan jenis tanah di Kaltim. Disarankan menggunakan bibit varietas anjasmoro dan baluran. Tapi yang lebih tepat untuk pengembangan kedelai di lahan sawit varietas anjasmoro.
Selain bertujuan meningkatkan pendapatan petani, program tersebut selaras dengan kebijakan nasional melalui Kementerian Pertanian. Pemerintah mencari lahan sawit yang sedang mengalami replanting untuk ditumpang sari dengan kedelai. Sebab, sampai saat ini perluasan lahan untuk kedelai masih sulit terealisasi. Sementara kedelai masuk dalam deretan kebutuhan pokok yang sarat permintaan.
SUMBER : DISKOMINFO PROV. KALTIM