Permintaan dan Penyediaan Benih Sawit Tidak “Nyambungâ€
16 Juli 2013
Admin Website
Artikel Perkebunan
5161
Salah satu ciri kecambah sawit bermutu dari sumber benih adalah Percaya
tidak percaya, bahwa saat ini stok benih sawit berlebih. Hanya, di
lapangan pekebun kesulitan mendapatkan benih bermutu.
Mengapa demikian?
Tidak lain karena tidak nyambungnya permintaan dan penyediaan benih sawit. Apa yang ada dibenak pekebun soal penyediaan benih sawit adalah, bahwa benih unggul tersedia di lapangan, harganya tidak kurang dari Rp. 6.000,- untuk kecambah, atau bibit satu tahun kurang dari Rp. 20.000,-. Benih bisa dibeli melalui agen yang ada di daerah dan dipasarkan berupa paket per kantung atau per peti.
Tentu ini berbeda dengan konsep penyediaan benih oleh produsen benih. Harga resmi penjualan benih sawit ditetapkan per semester oleh sumber benih dan disampaikan pada pemerintah secara resmi. Saat ini harga kecambah sawit berkisar Rp. 7.000, sd Rp. 12.000,- per biji dan tidak dijual paket-an. Selain itu sumber benih tidak memiliki agen di daerah dan untuk pemesananya produsen benih umumnya menetapkan batas pesanan minimal.
Ketidaknyambungan ini seringkali membuat pekebun begitu terkejut saat mengetahui harga benih yang cukup mahal dan akhirnya enggan membeli yang resmi. Ini bukan karena mereka tidak sanggup, tapi karena ekspektasi mereka jauh lebih rendah dari harga yang sebenarnya. Berbeda ketika pekebun membeli lahan perkebunan. Ia berani membayar hingga puluhan juta karena informasi harga lahan bisa ia akses dengan mudah.
Jelas sumber benih memiliki andil atas kurangnya informasi benih yang beredar di masyarakat. Tapi perlu juga diketahui bahwa beberapa sumber benih memang tidak terlalu agresif melakukan pemasaran, karena alasan awalnya mendirikan usaha penyediaan benih adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri, khususnya sumber benih milik perusahaan kelapa sawit besar. Sedangkan sumber benih yang memang khusus fokus pada penyediaan benih tanpa memiliki kebun kelapa sawit hanya 3 perusahaan salah satunya adalah PPKS Medan.
Sehingga ada kesan bahwa sumber benih tersebut eksklusif. Selain itu pemerintah juga memang sengaja menciptakan prosedur yang panjang untuk penyediaan benih, dengan tujuan untuk menjaga kualitas benih yang sampai di pengguna. Hanya saja kondisi demikian menciptakan kondisi yang sulit bagi pekebun khususnya yang memiliki kebun dengan areal terbatas.
Oleh sebab itu solusi bagi para pekebun untuk mendapatkan benih sawit bermutu, tentu menyiapkan dana untuk pembelian benih dan pesanlah langsung dari sumber benih. Karena membeli benih sawit tidak membutuhkan spekulasi, karena saat ini hanya ada 13 sumber benih dan tidak ada sumber benih lain. Harganyapun resmi. Untuk jumlah pesanan yang kecil, pekebun bisa melakukan pemesanan secara kolektif.
Tidak lain karena tidak nyambungnya permintaan dan penyediaan benih sawit. Apa yang ada dibenak pekebun soal penyediaan benih sawit adalah, bahwa benih unggul tersedia di lapangan, harganya tidak kurang dari Rp. 6.000,- untuk kecambah, atau bibit satu tahun kurang dari Rp. 20.000,-. Benih bisa dibeli melalui agen yang ada di daerah dan dipasarkan berupa paket per kantung atau per peti.
Tentu ini berbeda dengan konsep penyediaan benih oleh produsen benih. Harga resmi penjualan benih sawit ditetapkan per semester oleh sumber benih dan disampaikan pada pemerintah secara resmi. Saat ini harga kecambah sawit berkisar Rp. 7.000, sd Rp. 12.000,- per biji dan tidak dijual paket-an. Selain itu sumber benih tidak memiliki agen di daerah dan untuk pemesananya produsen benih umumnya menetapkan batas pesanan minimal.
Ketidaknyambungan ini seringkali membuat pekebun begitu terkejut saat mengetahui harga benih yang cukup mahal dan akhirnya enggan membeli yang resmi. Ini bukan karena mereka tidak sanggup, tapi karena ekspektasi mereka jauh lebih rendah dari harga yang sebenarnya. Berbeda ketika pekebun membeli lahan perkebunan. Ia berani membayar hingga puluhan juta karena informasi harga lahan bisa ia akses dengan mudah.
Jelas sumber benih memiliki andil atas kurangnya informasi benih yang beredar di masyarakat. Tapi perlu juga diketahui bahwa beberapa sumber benih memang tidak terlalu agresif melakukan pemasaran, karena alasan awalnya mendirikan usaha penyediaan benih adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri, khususnya sumber benih milik perusahaan kelapa sawit besar. Sedangkan sumber benih yang memang khusus fokus pada penyediaan benih tanpa memiliki kebun kelapa sawit hanya 3 perusahaan salah satunya adalah PPKS Medan.
Sehingga ada kesan bahwa sumber benih tersebut eksklusif. Selain itu pemerintah juga memang sengaja menciptakan prosedur yang panjang untuk penyediaan benih, dengan tujuan untuk menjaga kualitas benih yang sampai di pengguna. Hanya saja kondisi demikian menciptakan kondisi yang sulit bagi pekebun khususnya yang memiliki kebun dengan areal terbatas.
Oleh sebab itu solusi bagi para pekebun untuk mendapatkan benih sawit bermutu, tentu menyiapkan dana untuk pembelian benih dan pesanlah langsung dari sumber benih. Karena membeli benih sawit tidak membutuhkan spekulasi, karena saat ini hanya ada 13 sumber benih dan tidak ada sumber benih lain. Harganyapun resmi. Untuk jumlah pesanan yang kecil, pekebun bisa melakukan pemesanan secara kolektif.
SUMBER : PENGAWAS BENIH TANAMAN