Mengincar Pasar Kakao Eropa
30 Juli 2009
Admin Website
Artikel
4428
#img1# "Kami akan berusaha meningkatkan ekspor ke negara Eropa dengan melihat berapa besar peluang itu karena negara eksportir lainnya, seperti Pantai Gading dan Ghana, menurun produksi kakaonya," kata Ketua Umum DPP Askindo Halim Abdul Razak menanggapi penurunan ekspor kakao ke Eropa di Jakarta, Kamis (30/7).
Data Askindo menyebutkan, total ekspor kakao pada 2008 mencapai 142.400 ton dan 40 persen di antaranya dipasarkan ke Amerika Serikat, sedangkan sisanya 60 persen lebih banyak ke pasar Asia dibandingkan Eropa. Konsumsi kakao dunia saat ini rata-rata 3,4 juta ton per tahun.
Menurut Halim, minimnya produksi kakao yang dikirim ke Eropa karena Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah penyangga produksi kakao terbesar tidak memberikan konstribusi ekpor ke Eropa.
Selama ini, Sulsel memberikan sumbangan hampir 80 persen dari produksi kakao secara nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, baik pemerintah maupun pengusaha kakao di daerah ini, harus bekerja sama untuk membantu para petani kakao meningkatkan produksinya.
Sementara itu, mengenai pengolah biji kakao di Indonesia, ia mengatakan, dari 16 industri pengoalahan kakao, hanya lima pabrik yang masih tetap berproduksi sesuai dengan kapasitas terpasang.
Kelima industri pengolah kakao tersebut adalah PT General Food Industries berkapasitas 70.000 ton, PT Bumi Tangerang Mesindotama 25.000 ton, PT Cocoa Ventures Indonesia 12.000 ton, PT Mas Ganda 10.000 ton, dan PT Kakao Mas Gemilang dengan kapasitas 6.000 ton.
Halim menilai, peluang investasi di sektor pengolahan ataupun perkebunan kakao di Indonesia masih terbuka lebar. "Hanya saja, kendala yang dihadapi di daerah, termasuk Sulsel, belum didukung infrastruktur, seperti ketersediaan daya listrik dan sarana jalan, sehingga memicu calon investor enggan berinvestasi," katanya.
Karena itu, diharapkan pemerintah memerhatikan dan segera membenahi kedua kendala tersebut untuk dapat menarik investor.
DIKUTIP DARI KOMPAS, KAMIS, 30 JULI 2009