Mendapatkan Benih Sawit Sulit?
16 Juli 2013
Admin Website
Artikel Perkebunan
6929
Tahukah Anda, jika di Indonesia stok benih sawit unggul pada dasarnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kelapa sawit selama 1 tahun.
Namun ironisnya banyak pekebun yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan
benih sawit.
Ada banyak faktor mengapa benih unggul sepertinya langka. Pertama, karena tidak sesuainya preferensi pekebun dengan kondisi benih sawit unggul. Jika Anda berharap mendapatkan benih sawit dengan harga Rp. 200 ribu per kantung atau Rp. 2.000 per biji, maka dijamin Anda tidak akan mendapatkan benih unggul. Pasalnya benih resmi tidak dijual per paket dan dijual berkisar Rp. 7.000 sd 12.000,-.
Kedua, sebagian sumber benih hanya melayani pemesanan minimal 5000 butir. Hanya PPKS Medan yang bersedia menyediakan benih sawit dalam partai kecil, namun pekebun harus mengambil langsung ke Medan. Bisa dibayangkan jika seorang petani asal Sulawesi Selatan hanya membutuhkan 500 biji dengan harga Rp. 6.000,- maka biaya yang untuk membeli kecambah hanya Rp. 3.000.000,- . Namun biaya transportasi dan akomodasi dari Sulsel hingga Sumut bisa jauh lebih mahal dari harga benih.
Ketiga, kondisi demikian diperparah dengan eksklusifnya sumber benih. Ada sebuah kejadian dimana seorang pekebun tidak menyadari jika ia tinggal dekat dengan sumber benih. Sejumlah sumber benih relatif “malas” berbagai informasi produknya. Tentu hal tersebut bukan tanpa dasar, karena sebagian besar produsen tersebut masih menyupply kebutuhan perusahaan sendiri. Tapi kedepannya kondisi demikian akan menciptakan kesan jika benih sawit unggul langka.
Cilakanya, oknum pemalsu yang semakin kreatif. Tentu kita sudah sering mendengar jika saat ini banyak benih oplosan yang dijual dengan label, dan memiliki dokumen seperti benih resmi. Belum lagi mereka secara gigih mempromosikan jika benih yang dipasarkan berjenis Costrarica, Supergene, yang bisa mencapai produksi hingga 40 ton/ha/tahun. Menariknya dengan berbagai layanan menarik seperti harga yang lebih murah dan benih tersedia di lapangan.
Ada banyak faktor mengapa benih unggul sepertinya langka. Pertama, karena tidak sesuainya preferensi pekebun dengan kondisi benih sawit unggul. Jika Anda berharap mendapatkan benih sawit dengan harga Rp. 200 ribu per kantung atau Rp. 2.000 per biji, maka dijamin Anda tidak akan mendapatkan benih unggul. Pasalnya benih resmi tidak dijual per paket dan dijual berkisar Rp. 7.000 sd 12.000,-.
Kedua, sebagian sumber benih hanya melayani pemesanan minimal 5000 butir. Hanya PPKS Medan yang bersedia menyediakan benih sawit dalam partai kecil, namun pekebun harus mengambil langsung ke Medan. Bisa dibayangkan jika seorang petani asal Sulawesi Selatan hanya membutuhkan 500 biji dengan harga Rp. 6.000,- maka biaya yang untuk membeli kecambah hanya Rp. 3.000.000,- . Namun biaya transportasi dan akomodasi dari Sulsel hingga Sumut bisa jauh lebih mahal dari harga benih.
Ketiga, kondisi demikian diperparah dengan eksklusifnya sumber benih. Ada sebuah kejadian dimana seorang pekebun tidak menyadari jika ia tinggal dekat dengan sumber benih. Sejumlah sumber benih relatif “malas” berbagai informasi produknya. Tentu hal tersebut bukan tanpa dasar, karena sebagian besar produsen tersebut masih menyupply kebutuhan perusahaan sendiri. Tapi kedepannya kondisi demikian akan menciptakan kesan jika benih sawit unggul langka.
Cilakanya, oknum pemalsu yang semakin kreatif. Tentu kita sudah sering mendengar jika saat ini banyak benih oplosan yang dijual dengan label, dan memiliki dokumen seperti benih resmi. Belum lagi mereka secara gigih mempromosikan jika benih yang dipasarkan berjenis Costrarica, Supergene, yang bisa mencapai produksi hingga 40 ton/ha/tahun. Menariknya dengan berbagai layanan menarik seperti harga yang lebih murah dan benih tersedia di lapangan.
SUMBER : PENGAWAS BENIH TANAMAN