
Tahukah Anda, jika di Indonesia stok benih sawit unggul pada dasarnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kelapa sawit selama 1 tahun.
Namun ironisnya banyak pekebun yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan
benih sawit.
Ada banyak faktor mengapa benih unggul sepertinya langka. Pertama,
karena tidak sesuainya preferensi pekebun dengan kondisi benih sawit
unggul. Jika Anda berharap mendapatkan benih sawit dengan harga Rp. 200
ribu per kantung atau Rp. 2.000 per biji, maka dijamin Anda tidak akan
mendapatkan benih unggul. Pasalnya benih resmi tidak dijual per paket
dan dijual berkisar Rp. 7.000 sd 12.000,-.
Kedua, sebagian sumber benih hanya melayani pemesanan minimal
5000 butir. Hanya PPKS Medan yang bersedia menyediakan benih sawit dalam
partai kecil, namun pekebun harus mengambil langsung ke Medan. Bisa
dibayangkan jika seorang petani asal Sulawesi Selatan hanya membutuhkan
500 biji dengan harga Rp. 6.000,- maka biaya yang untuk membeli kecambah
hanya Rp. 3.000.000,- . Namun biaya transportasi dan akomodasi dari
Sulsel hingga Sumut bisa jauh lebih mahal dari harga benih.
Ketiga, kondisi demikian diperparah dengan eksklusifnya sumber
benih. Ada sebuah kejadian dimana seorang pekebun tidak menyadari jika
ia tinggal dekat dengan sumber benih. Sejumlah sumber benih relatif
“malas” berbagai informasi produknya. Tentu hal tersebut bukan tanpa
dasar, karena sebagian besar produsen tersebut masih menyupply kebutuhan
perusahaan sendiri. Tapi kedepannya kondisi demikian akan menciptakan
kesan jika benih sawit unggul langka.
Cilakanya, oknum pemalsu yang semakin kreatif. Tentu kita sudah sering
mendengar jika saat ini banyak benih oplosan yang dijual dengan label,
dan memiliki dokumen seperti benih resmi. Belum lagi mereka secara gigih
mempromosikan jika benih yang dipasarkan berjenis Costrarica,
Supergene, yang bisa mencapai produksi hingga 40 ton/ha/tahun.
Menariknya dengan berbagai layanan menarik seperti harga yang lebih
murah dan benih tersedia di lapangan.
SUMBER : PENGAWAS BENIH TANAMAN