(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Kopi, Teh, dan Kakao Indonesia Masuk 10 Besar Dunia

17 Januari 2014 Admin Website Berita Nasional 8701
Kopi, Teh, dan Kakao Indonesia Masuk 10 Besar Dunia
JAKARTA. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi bangga 3 komoditas perkebunan Indonesia masuk 10 besar dunia dalam hal produksi. Ketiga komoditas itu adalah teh, cokelat (kakao) dan kopi.

"Indonesia ini menjadi top ten atas 3 produk yaitu teh peringkat 7 dunia, produksi kopi peringkat 5 dunia dan cokelat peringkat 3 dunia," ungkap Bayu di sebuah diskusi soal teh di Auditorium Utama Kementerian Perdagangan Jalan Ridwan Rais Jakarta, Rabu (15/01/2014).

Produksi teh kering Indonesia mencapai 150.000 ton per tahun. Sedangkan produksi biji kakao mencapai 800.000 ton/tahun. Untuk produksi kopi per tahun bisa mencapai 600.000 ton.

Tetapi Bayu khawatir 2 dari 3 produk komoditas perkebunan yaitu teh dan kopi mengalami defisit dari sisi produksi maupun kualitasnya. Hal ini karena lahan untuk 2 komoditas perkebunan mengalami defisit dari tahun ke tahun.
.
"Di satu sisi ada pengurangan lahan khususnya untuk teh sebesar 10.000 hektar sampai 15.000 hektar. Ada juga perubahan sisi kualitas teh hal ini juga terjadi pada kopi. Namun cokelat agak lebih positif baik dari sisi kualitas dan produksinya," imbuhnya.

Menurut Bayu hal itu bukan tanpa sebab karena serbuan teh dan kopi impor dari negara lain banyak masuk ke Indonesia. Apalagi teh impor yang masuk ke Indonesia adalah teh dengan kualitas rendah.

Ia menyarankan agar para pelaku usaha kreatif membuat kemasan, lalu petani lebih giat lagi untuk meningkatkan produktivitas. Sehingga dengan kemasan menarik dan produksi yang tinggi maka ketiga produk komoditas perkebunan itu akan menjadi kebutuhan masyarakat yang berkelanjutan.

"Sekarang ini kami sedang menangani permintaan domestik yang tinggi termasuk permintaan global. Di Indonesia hampir semua komoditas meningkat signifikan. Itu tidak hanya berdasarkan angka tetapi juga mengenai kualitas. Teh, kopi dan cokelat telah menjadi lifestyle. Timbul pertanyaan bagaimana kita menyediakan produk, packaging dan meningkatkan produksinya," sebutnya.

DIKUTIP DARI DETIK, RABU, 15 JANUARI 2014

Artikel Terkait