Evaluasi PEDA KTNA IX 2016 Kaltim
24 Mei 2016
Admin Website
Berita Daerah
3610
SAMARINDA. Pelaksanaan Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan (PEDA KTNA) IX
2016 Kaltim yang dilaksanakan 9-14 Mei 2016 di Kabupaten Penajam Paser
Utara (PPU) dinilai berjalan sukses.
Sukses ini khususnya juga dinikmati masyarakat setempat. Gambaran sederhananya bisa dilihat dari transaksi biaya penginapan peserta sekira Rp125 ribu per hari dikali empat hari lama menginap. Diperoleh angka Rp500 ribu per orang. Jika angka Rp500 ribu itu dikalikan 1.301 peserta, maka uang yang beredar untuk penginapan saja sudah mencapai Rp650 juta.
Biaya penginapan itu tidak diterima panitia, tetapi langsung diserahkan kepada masyarakat pemilik rumah yang disewakan. Selain mengeluarkan biaya untuk penginapan, peserta tentunya juga mengeluarkan biaya untuk kebutuhan sehari-hari selama kegiatan berlangsung.
"Alhamdulillah transaksi antara masyarakat dengan peserta ketika pelaksanaan berlangsung baik. Kegiatan ini secara langsung juga memberi nilai tambah penghasilan bagi masyarakat," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Kaltim Fuad Asaddin usai memimpin konferensi pers evaluasi PEDA KTNA IX 2016 Kaltim di Kantor BKPP Kaltim, Senin (23/5).
Selain transaksi biaya penginapan, peserta juga melakukan transaksi jual beli di berbagai sektor pertanian dalam arti luas. Contohnya, peserta banyak membeli bibit-bibit tanaman buah-buahan dan tanaman hias, membeli padi yang kemudian dijual kembali di daerah masing-masing.
"Untuk transaksi jual beli dari berbagai sektor ini, secara khusus kami belum mendapatkan informasi. Namun demikian, kami yakin PEDA memberikan manfaat besar bagi perkembangan pembangunan pertanian di Kaltim, termasuk pembangunan ekonomi masyarakat," jelasnya.
PEDA KTNA kali ini juga memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para peserta untuk mengembangkan pembangunan pertanian di daerah masing-masing. Misal, adanya penampilan teknologi tepat guna yang memanfaatkan teknologi informasi (IT). Contoh yang dilaksanakan para nelayan di PPU menggunakan teknologi rumpon cerdas. Pemanfaatan rumpon cerdas ini didukung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) PPU demi sinergi dengan program National Science and Technology Park (NSTP) Maritim di PPU.
Rumpon cerdas dimaksudkan untuk mengoptimalkan rumpon ikan yang biasanya dibuat oleh nelayan berbahan dedaunan yang diikat dengan pemberat dan diletakkan di tempat yang sudah ditentukan. Menggunakan cara tradisional ini, nelayan tidak bisa mengetahui rumpon mana yang banyak ikannya.
Sedangkan rumpon cerdas akan dilengkapi sejumlah peralatan yang dapat mendeteksi keberadaan ikan. Selama selang waktu tertentu, controller akan menyimpan data jumlah ikan untuk kemudian dikirimkan ke server melalui jaringan GSM.
"Dengan adanya sistem ini masyarakat tidak menggunakan cara tradisional lagi. Mereka bisa mengetahui jumlah ikan melalui informasi teknologi jaringan GSM, sehingga nelayan dapat menangkap ikan lebih banyak. Teknologi ini menjadi perhatian para peserta dan diharapkan dapat diterapkan di masing-masing daerah," jelasnya.
Ketua KTNA Kaltim Hermanto punya pendapat sama. PEDA tahun ini juga dinilainya berlangsung sukses. Penampilan berbagai teknologi pertanian dan perikanan menjadi point penting sukses PEDA kali ini. Salah satunya rumpon cerdas yang dimanfaatkan nelayan di Kabupaten PPU. "Rumpon ini hanya ada dua tempat di Indonesia, yakni di Madura dan Kaltim tepatnya di PPU. Dengan rumpon cerdas, nelayan tidak lagi menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang banyak untuk mencari ikan. Mereka cukup menggunakan jaringan GSM atau SMS sudah mengetahui mana lokasi yang banyak ikannya. Jadi, sangat menghemat biaya," jelasnya. (jay/sul/es/humasprov)
SUMBER : BIRO HUMAS DAN PROTOKOL SETPROV. KALTIM
Sukses ini khususnya juga dinikmati masyarakat setempat. Gambaran sederhananya bisa dilihat dari transaksi biaya penginapan peserta sekira Rp125 ribu per hari dikali empat hari lama menginap. Diperoleh angka Rp500 ribu per orang. Jika angka Rp500 ribu itu dikalikan 1.301 peserta, maka uang yang beredar untuk penginapan saja sudah mencapai Rp650 juta.
Biaya penginapan itu tidak diterima panitia, tetapi langsung diserahkan kepada masyarakat pemilik rumah yang disewakan. Selain mengeluarkan biaya untuk penginapan, peserta tentunya juga mengeluarkan biaya untuk kebutuhan sehari-hari selama kegiatan berlangsung.
"Alhamdulillah transaksi antara masyarakat dengan peserta ketika pelaksanaan berlangsung baik. Kegiatan ini secara langsung juga memberi nilai tambah penghasilan bagi masyarakat," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Kaltim Fuad Asaddin usai memimpin konferensi pers evaluasi PEDA KTNA IX 2016 Kaltim di Kantor BKPP Kaltim, Senin (23/5).
Selain transaksi biaya penginapan, peserta juga melakukan transaksi jual beli di berbagai sektor pertanian dalam arti luas. Contohnya, peserta banyak membeli bibit-bibit tanaman buah-buahan dan tanaman hias, membeli padi yang kemudian dijual kembali di daerah masing-masing.
"Untuk transaksi jual beli dari berbagai sektor ini, secara khusus kami belum mendapatkan informasi. Namun demikian, kami yakin PEDA memberikan manfaat besar bagi perkembangan pembangunan pertanian di Kaltim, termasuk pembangunan ekonomi masyarakat," jelasnya.
PEDA KTNA kali ini juga memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para peserta untuk mengembangkan pembangunan pertanian di daerah masing-masing. Misal, adanya penampilan teknologi tepat guna yang memanfaatkan teknologi informasi (IT). Contoh yang dilaksanakan para nelayan di PPU menggunakan teknologi rumpon cerdas. Pemanfaatan rumpon cerdas ini didukung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) PPU demi sinergi dengan program National Science and Technology Park (NSTP) Maritim di PPU.
Rumpon cerdas dimaksudkan untuk mengoptimalkan rumpon ikan yang biasanya dibuat oleh nelayan berbahan dedaunan yang diikat dengan pemberat dan diletakkan di tempat yang sudah ditentukan. Menggunakan cara tradisional ini, nelayan tidak bisa mengetahui rumpon mana yang banyak ikannya.
Sedangkan rumpon cerdas akan dilengkapi sejumlah peralatan yang dapat mendeteksi keberadaan ikan. Selama selang waktu tertentu, controller akan menyimpan data jumlah ikan untuk kemudian dikirimkan ke server melalui jaringan GSM.
"Dengan adanya sistem ini masyarakat tidak menggunakan cara tradisional lagi. Mereka bisa mengetahui jumlah ikan melalui informasi teknologi jaringan GSM, sehingga nelayan dapat menangkap ikan lebih banyak. Teknologi ini menjadi perhatian para peserta dan diharapkan dapat diterapkan di masing-masing daerah," jelasnya.
Ketua KTNA Kaltim Hermanto punya pendapat sama. PEDA tahun ini juga dinilainya berlangsung sukses. Penampilan berbagai teknologi pertanian dan perikanan menjadi point penting sukses PEDA kali ini. Salah satunya rumpon cerdas yang dimanfaatkan nelayan di Kabupaten PPU. "Rumpon ini hanya ada dua tempat di Indonesia, yakni di Madura dan Kaltim tepatnya di PPU. Dengan rumpon cerdas, nelayan tidak lagi menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang banyak untuk mencari ikan. Mereka cukup menggunakan jaringan GSM atau SMS sudah mengetahui mana lokasi yang banyak ikannya. Jadi, sangat menghemat biaya," jelasnya. (jay/sul/es/humasprov)
SUMBER : BIRO HUMAS DAN PROTOKOL SETPROV. KALTIM