SAMARINDA - Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim akan
melakukan pengembangan jenis tanaman semusim Jarak. Karena prospek
tanaman ini sangat baik untuk ditanam, terutama untuk menjadi bahan
baku biodiesel.
"Tanaman Jarak merupakan jenis tanaman yang sangat baik untuk
dikembangkan di Kaltim, terutama tanaman ini dapat menjadi bahan bakar
alternatif atau menjadi bahan bakar biodiesel. Jenis tanaman ini tidak
memerlukan perhatian yang khusus, sehingga masyarakat dapat
mengembangkan jenis tanaman Jarak ini," kata Kepala Disbun Kaltim HM
Nurdin.
Di Kaltim luasan komoditi Jarak pada 2010 (posisi Semester I tahun
2010) mencapai 611 hektare dengan jumlah produksi 85 ton dengan sebaran
mencakup Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Malinau dan
Balikpapan.
Untuk saat ini lanjutnya, sudah tersedia lahan seluas 35 hektare untuk
pengembangan tanaman Jarak. Daerah yang akan menjadi lokasi
pengembangan tanaman ini, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kegiatan ini merupakan kerjasama masyarakat setempat dengan pusat
koperasi unit desa (Pus KUD) dan Disbun Kaltim. Namun, kedepan sudah
ada investor dari China yang sudah siap untuk berinvestasi pada sektor
ini.
Dalam pengembangnya nanti akan dibuka lahan seluas 10 ribu hektare.
Selain lahan perkebunan Jarak, juga akan dibangunkan pabrik sebagai
kegiatan hilirnya. Jadi, pada lahan seluas itu akan dikembangkan produk
hulu, sekaligus produk hilirnya.
"Investor dari China tersebut akan mengembangkan proses hulu hingga
hilirnya pada kawasan 10 ribu hektare tersebut. Karena, tanaman Jarak
ini merupakan komoditas pertanian yang dapat dikembangkan menjadi baha
baku biodiesel," jelasnya.
Tentu ini memberikan keuntungan ataupun manfaat yang besar bagi
masyarakat Kaltim, khususnya masyarakat daerah setempat. Karena dengan
adanya kegiatan pertanian ini akan memberikan peluang usaha bagi
masyarakat, sekaligus akan meningkatkan pendapatannya.
"Memang, sesuai hasil uji coba minyak jarak untuk bahan baku biodiesel
sejak 2006 menunjukkan kandungan minyaknya tak sebanyak minyak sawit
mentah. Namun, penanaman jarak tak sulit dan bisa melibatkan waga desa
dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang kelapa sawit," ujar Nurdin.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM