Disbun Kaltim Kembangkan Tanaman Jarak
25 Februari 2011
Admin Website
Artikel
8211
SAMARINDA - Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim akan
melakukan pengembangan jenis tanaman semusim Jarak. Karena prospek
tanaman ini sangat baik untuk ditanam, terutama untuk menjadi bahan
baku biodiesel.
"Tanaman Jarak merupakan jenis tanaman yang sangat baik untuk dikembangkan di Kaltim, terutama tanaman ini dapat menjadi bahan bakar alternatif atau menjadi bahan bakar biodiesel. Jenis tanaman ini tidak memerlukan perhatian yang khusus, sehingga masyarakat dapat mengembangkan jenis tanaman Jarak ini," kata Kepala Disbun Kaltim HM Nurdin.
Di Kaltim luasan komoditi Jarak pada 2010 (posisi Semester I tahun 2010) mencapai 611 hektare dengan jumlah produksi 85 ton dengan sebaran mencakup Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Malinau dan Balikpapan.
Untuk saat ini lanjutnya, sudah tersedia lahan seluas 35 hektare untuk pengembangan tanaman Jarak. Daerah yang akan menjadi lokasi pengembangan tanaman ini, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kegiatan ini merupakan kerjasama masyarakat setempat dengan pusat koperasi unit desa (Pus KUD) dan Disbun Kaltim. Namun, kedepan sudah ada investor dari China yang sudah siap untuk berinvestasi pada sektor ini.
Dalam pengembangnya nanti akan dibuka lahan seluas 10 ribu hektare. Selain lahan perkebunan Jarak, juga akan dibangunkan pabrik sebagai kegiatan hilirnya. Jadi, pada lahan seluas itu akan dikembangkan produk hulu, sekaligus produk hilirnya.
"Investor dari China tersebut akan mengembangkan proses hulu hingga hilirnya pada kawasan 10 ribu hektare tersebut. Karena, tanaman Jarak ini merupakan komoditas pertanian yang dapat dikembangkan menjadi baha baku biodiesel," jelasnya.
Tentu ini memberikan keuntungan ataupun manfaat yang besar bagi masyarakat Kaltim, khususnya masyarakat daerah setempat. Karena dengan adanya kegiatan pertanian ini akan memberikan peluang usaha bagi masyarakat, sekaligus akan meningkatkan pendapatannya.
"Memang, sesuai hasil uji coba minyak jarak untuk bahan baku biodiesel sejak 2006 menunjukkan kandungan minyaknya tak sebanyak minyak sawit mentah. Namun, penanaman jarak tak sulit dan bisa melibatkan waga desa dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang kelapa sawit," ujar Nurdin.
"Tanaman Jarak merupakan jenis tanaman yang sangat baik untuk dikembangkan di Kaltim, terutama tanaman ini dapat menjadi bahan bakar alternatif atau menjadi bahan bakar biodiesel. Jenis tanaman ini tidak memerlukan perhatian yang khusus, sehingga masyarakat dapat mengembangkan jenis tanaman Jarak ini," kata Kepala Disbun Kaltim HM Nurdin.
Di Kaltim luasan komoditi Jarak pada 2010 (posisi Semester I tahun 2010) mencapai 611 hektare dengan jumlah produksi 85 ton dengan sebaran mencakup Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Malinau dan Balikpapan.
Untuk saat ini lanjutnya, sudah tersedia lahan seluas 35 hektare untuk pengembangan tanaman Jarak. Daerah yang akan menjadi lokasi pengembangan tanaman ini, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kegiatan ini merupakan kerjasama masyarakat setempat dengan pusat koperasi unit desa (Pus KUD) dan Disbun Kaltim. Namun, kedepan sudah ada investor dari China yang sudah siap untuk berinvestasi pada sektor ini.
Dalam pengembangnya nanti akan dibuka lahan seluas 10 ribu hektare. Selain lahan perkebunan Jarak, juga akan dibangunkan pabrik sebagai kegiatan hilirnya. Jadi, pada lahan seluas itu akan dikembangkan produk hulu, sekaligus produk hilirnya.
"Investor dari China tersebut akan mengembangkan proses hulu hingga hilirnya pada kawasan 10 ribu hektare tersebut. Karena, tanaman Jarak ini merupakan komoditas pertanian yang dapat dikembangkan menjadi baha baku biodiesel," jelasnya.
Tentu ini memberikan keuntungan ataupun manfaat yang besar bagi masyarakat Kaltim, khususnya masyarakat daerah setempat. Karena dengan adanya kegiatan pertanian ini akan memberikan peluang usaha bagi masyarakat, sekaligus akan meningkatkan pendapatannya.
"Memang, sesuai hasil uji coba minyak jarak untuk bahan baku biodiesel sejak 2006 menunjukkan kandungan minyaknya tak sebanyak minyak sawit mentah. Namun, penanaman jarak tak sulit dan bisa melibatkan waga desa dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang kelapa sawit," ujar Nurdin.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM