SAMARINDA. Visi Kaltim Bangkit 2013; "Mewujudkan Kaltim sebagai Pusat Agroindustri
dan Energi terkemuka Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera. Dengan visi
itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memilih strategi mengubah dari
ekonomi daerah yang berbasis Migas dan Batubara ke arah pembangunan
ekonomi daerah yang berbasis industrialisasi dan pertanian.
Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak mengatakan, sektor pertanian
tidak diragukan sebagai komoditi ekonomi unggulan masa depan, karena
terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang tinggi sehingga menjadi
strategis dalam upaya mengurangi pengangguran dan menekan angka
kemiskinan. Terlebih, Kaltim memiliki ketersediaan lahan yang masih luas
dan memiliki agroe-kologis yang sesuai untuk pengembangan pertanian.
"Pengembangan komoditas pertanian ke depan tidak lagi dilakukan secara
konvensional tetapi dilakukan secara industrialisasi dengan menekankan
kepada peningkatan produktifitas dan nilai tambah melalui pendekatan
klaster industri yang terintegrasi dari sektor industri hulu hingga
industri hilir," ujar Gubernur pada pertemuan dengan para petani andalan
di Samarinda belum lama ini.
Selan itu tambah Gubernur, termasuk pula industri komplementer dan
industri terkait lainnya, menyusul ditetapkannya dua klaster Industri
Nasional di Kaltim yakni Klaster Industri berbasis Pertanian,
Oleochemical di Maloy dan Klaster industri berbasis migas dan kondensat
di Bontang. Penetapan kedua klaster ini diyakini akan sangat berperan
penting dalam meng-gerakkan perekonomian Daerah dan Nasional yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Menurut Gubernur, Pemerintah Provinsi Kaltim mengambil kebijakan dan
melakukan langkah-langkah strategis. Pembangunan pertanian saat ini dan
ke depan diarahkan pada pendekatan "Sistem dan Usaha Agribisnis".
Pendekatan sistem agribisnis tersebut ditekankan pada tiga hal, yaitu,
Pertama; Melalui pembangunan agribisnis, pendekatan pembangunan
pertanian ditingkatkan dari pendekatan produksi ke pendekatan yang
berbasis agribisnis. Dengan Orientasi bisnis maka pengembangan usaha
bisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan menjadi pertimbangan utama.
Kedua; Dalam pembangunan agribisnis, pembangunan pertanian bukan
semata-mata pembangunan sektoral, namun juga terkait dengan lintas
sektoral, dan sangat ditentukan oleh agroindustri hilir, agroindustri
hulu dan lembaga jasa penunjang. Sedangkan yang ketiga; Pembangunan
pertanian bukan sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas,
melainkan sangat terkait dengan pengembangan wilayah, khususnya
pedesaan yang berkaitan erat dengan upaya-upaya peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat pertanian.
Gubernur mencontohkan, Kayan Food Estate di Kabupaten Bulungan dengan
luas areal 30.000 ha, saat ini telah menarik minat investor, baik BUMN
maupun swasta untuk berinvestasi. Namun demikian ke depannya, program
strategis ini diakui, tidak mungkin terwujud tanpa dukungan
infrastruktur yang berkualitas dan dengan jumlah yang memandai.
"Karena itu, Food Estate harus dapat kita wujudkan bersama, baik
Pemerintah Pusat maupun Daerah serta Swasta dengan peran dan dukungannya
masing-masing. Terlebih lagi Kaltim saat ini masuk dalam program
terintegrasi dengan tiga provinsi lain di Pulau Kalimantan dalam
mewujudkan percepatan pembangunan Kalimantan sebagai Koridor Ekonomi
Nasional," ujar Gubernur.
Selain itu lanjutnya, pengembangan Food Estate ini juga sangat sesuai
dengan ditetapkannya Kaltim ke dalam bagian dari MasterPlan Percepatan
dan Perluasan Pem-bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan MP3EI
diperkirakan investasi atau penanaman modal di berbagai bidang
pembangunan di Kaltim akan berkembang pesat.(ina/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM