Berbasis Industrialisasi dan Pertanian
06 Agustus 2012
Admin Website
Artikel
10601
SAMARINDA. Visi Kaltim Bangkit 2013; "Mewujudkan Kaltim sebagai Pusat Agroindustri
dan Energi terkemuka Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera. Dengan visi
itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memilih strategi mengubah dari
ekonomi daerah yang berbasis Migas dan Batubara ke arah pembangunan
ekonomi daerah yang berbasis industrialisasi dan pertanian.
Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak mengatakan, sektor pertanian tidak diragukan sebagai komoditi ekonomi unggulan masa depan, karena terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang tinggi sehingga menjadi strategis dalam upaya mengurangi pengangguran dan menekan angka kemiskinan. Terlebih, Kaltim memiliki ketersediaan lahan yang masih luas dan memiliki agroe-kologis yang sesuai untuk pengembangan pertanian.
"Pengembangan komoditas pertanian ke depan tidak lagi dilakukan secara konvensional tetapi dilakukan secara industrialisasi dengan menekankan kepada peningkatan produktifitas dan nilai tambah melalui pendekatan klaster industri yang terintegrasi dari sektor industri hulu hingga industri hilir," ujar Gubernur pada pertemuan dengan para petani andalan di Samarinda belum lama ini.
Selan itu tambah Gubernur, termasuk pula industri komplementer dan industri terkait lainnya, menyusul ditetapkannya dua klaster Industri Nasional di Kaltim yakni Klaster Industri berbasis Pertanian, Oleochemical di Maloy dan Klaster industri berbasis migas dan kondensat di Bontang. Penetapan kedua klaster ini diyakini akan sangat berperan penting dalam meng-gerakkan perekonomian Daerah dan Nasional yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Menurut Gubernur, Pemerintah Provinsi Kaltim mengambil kebijakan dan melakukan langkah-langkah strategis. Pembangunan pertanian saat ini dan ke depan diarahkan pada pendekatan "Sistem dan Usaha Agribisnis".
Pendekatan sistem agribisnis tersebut ditekankan pada tiga hal, yaitu, Pertama; Melalui pembangunan agribisnis, pendekatan pembangunan pertanian ditingkatkan dari pendekatan produksi ke pendekatan yang berbasis agribisnis. Dengan Orientasi bisnis maka pengembangan usaha bisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan menjadi pertimbangan utama.
Kedua; Dalam pembangunan agribisnis, pembangunan pertanian bukan semata-mata pembangunan sektoral, namun juga terkait dengan lintas sektoral, dan sangat ditentukan oleh agroindustri hilir, agroindustri hulu dan lembaga jasa penunjang. Sedangkan yang ketiga; Pembangunan pertanian bukan sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas, melainkan sangat terkait dengan pengembangan wilayah, khususnya pedesaan yang berkaitan erat dengan upaya-upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pertanian.
Gubernur mencontohkan, Kayan Food Estate di Kabupaten Bulungan dengan luas areal 30.000 ha, saat ini telah menarik minat investor, baik BUMN maupun swasta untuk berinvestasi. Namun demikian ke depannya, program strategis ini diakui, tidak mungkin terwujud tanpa dukungan infrastruktur yang berkualitas dan dengan jumlah yang memandai.
"Karena itu, Food Estate harus dapat kita wujudkan bersama, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah serta Swasta dengan peran dan dukungannya masing-masing. Terlebih lagi Kaltim saat ini masuk dalam program terintegrasi dengan tiga provinsi lain di Pulau Kalimantan dalam mewujudkan percepatan pembangunan Kalimantan sebagai Koridor Ekonomi Nasional," ujar Gubernur.
Selain itu lanjutnya, pengembangan Food Estate ini juga sangat sesuai dengan ditetapkannya Kaltim ke dalam bagian dari MasterPlan Percepatan dan Perluasan Pem-bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan MP3EI diperkirakan investasi atau penanaman modal di berbagai bidang pembangunan di Kaltim akan berkembang pesat.(ina/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak mengatakan, sektor pertanian tidak diragukan sebagai komoditi ekonomi unggulan masa depan, karena terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang tinggi sehingga menjadi strategis dalam upaya mengurangi pengangguran dan menekan angka kemiskinan. Terlebih, Kaltim memiliki ketersediaan lahan yang masih luas dan memiliki agroe-kologis yang sesuai untuk pengembangan pertanian.
"Pengembangan komoditas pertanian ke depan tidak lagi dilakukan secara konvensional tetapi dilakukan secara industrialisasi dengan menekankan kepada peningkatan produktifitas dan nilai tambah melalui pendekatan klaster industri yang terintegrasi dari sektor industri hulu hingga industri hilir," ujar Gubernur pada pertemuan dengan para petani andalan di Samarinda belum lama ini.
Selan itu tambah Gubernur, termasuk pula industri komplementer dan industri terkait lainnya, menyusul ditetapkannya dua klaster Industri Nasional di Kaltim yakni Klaster Industri berbasis Pertanian, Oleochemical di Maloy dan Klaster industri berbasis migas dan kondensat di Bontang. Penetapan kedua klaster ini diyakini akan sangat berperan penting dalam meng-gerakkan perekonomian Daerah dan Nasional yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Menurut Gubernur, Pemerintah Provinsi Kaltim mengambil kebijakan dan melakukan langkah-langkah strategis. Pembangunan pertanian saat ini dan ke depan diarahkan pada pendekatan "Sistem dan Usaha Agribisnis".
Pendekatan sistem agribisnis tersebut ditekankan pada tiga hal, yaitu, Pertama; Melalui pembangunan agribisnis, pendekatan pembangunan pertanian ditingkatkan dari pendekatan produksi ke pendekatan yang berbasis agribisnis. Dengan Orientasi bisnis maka pengembangan usaha bisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan menjadi pertimbangan utama.
Kedua; Dalam pembangunan agribisnis, pembangunan pertanian bukan semata-mata pembangunan sektoral, namun juga terkait dengan lintas sektoral, dan sangat ditentukan oleh agroindustri hilir, agroindustri hulu dan lembaga jasa penunjang. Sedangkan yang ketiga; Pembangunan pertanian bukan sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas, melainkan sangat terkait dengan pengembangan wilayah, khususnya pedesaan yang berkaitan erat dengan upaya-upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pertanian.
Gubernur mencontohkan, Kayan Food Estate di Kabupaten Bulungan dengan luas areal 30.000 ha, saat ini telah menarik minat investor, baik BUMN maupun swasta untuk berinvestasi. Namun demikian ke depannya, program strategis ini diakui, tidak mungkin terwujud tanpa dukungan infrastruktur yang berkualitas dan dengan jumlah yang memandai.
"Karena itu, Food Estate harus dapat kita wujudkan bersama, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah serta Swasta dengan peran dan dukungannya masing-masing. Terlebih lagi Kaltim saat ini masuk dalam program terintegrasi dengan tiga provinsi lain di Pulau Kalimantan dalam mewujudkan percepatan pembangunan Kalimantan sebagai Koridor Ekonomi Nasional," ujar Gubernur.
Selain itu lanjutnya, pengembangan Food Estate ini juga sangat sesuai dengan ditetapkannya Kaltim ke dalam bagian dari MasterPlan Percepatan dan Perluasan Pem-bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan MP3EI diperkirakan investasi atau penanaman modal di berbagai bidang pembangunan di Kaltim akan berkembang pesat.(ina/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM