TENGGARONG - Dari ajang Rembug Utama Kelompok Kontak Tani Nelayan
Andalan (KTNA) 2011 yang dilaksanakan di Aula Utama Gedung Putri Karang
Melenu Tenggarong, Gubernur Awang Faroek menyerukan komitmen kepada
seluruh kepala daerah di Indonesia untuk memberi perhatian lebih besar
bagi kepentingan pembangunan pertanian.
"Dengan semangat Penas XIII ini mari kita bulatkan tekad dan komitmen
keberpihakan kepada petani dan nelayan. Masa depan Indonesia
sesungguhnya sangat diharapkan dari pengembangan pertanian dalam arti
luas," kata Awang Faroek disambut aplaus tidak kurang dari 600 peserta
Rembut Utama Kelompok KTNA 2011.
Dukungan terhadap pembangunan pertanian dalam arti luas (pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan termasuk pengembangan
industrinya) setidaknya bisa diwujudkan dalam bentuk alokasi dana APBD.
Gubernur mengatakan untuk mampu mengembangkan pertanian dalam arti luas
menjadi lebih baik, masing-masing daerah setidaknya harus mampu
mewujudkan alokasi APBD minimal 10 persen. Menurut dia, sangat wajar
jika sektor pertanian mendapat perhatian lebih besar sebab masa depan
satu daerah pasti akan sangat bergantung pada pengembangan sektor
pertanian.
"Seharusnya, porsi anggaran pertanian minimal mencapai 10 persen. Dengan
alokasi yang lebih baik, saya yakin kebangkitan petani dan nelayan
benar-benar akan terwujud," kata Awang.
Namun demikian, Awang Faroek mengakui hingga saat ini kebijakan nasional
masih belum banyak berpihak kepada pengembangan pertanian dalam negeri.
Kebijakan nasional lebih banyak berpihak pada kepentingan ekspor.
Menurut Awang, pengembangan industri dalam negeri seharusnya bisa lebih
diutamakan. Dan untuk perjuangan tersebut, Gubernur Awang Faroek sangat
berharap dukungan Kelompok KTNA. Ia menyebutkan, sejumlah program
pengembangan industri di Kaltim masih terhambat oleh dukungan kebijakan
pusat, salah satunya ketersediaan batubara untuk pasokan industri lokal
dan sejumlah power plant yang akan dikembangkan juga terkendala pasokan
batubara yang minim. Padahal Kaltim adalah penghasil batubara terbesar
di Indonesia.
"Eksploitasi sumber daya alam seharusnya memberi manfaat yang besar
kepada masyarakat daerah. Yang terjadi, eksploitasi sumber daya alam
justru lebih banyak menimbulkan kerugian dan penderitaan masyarakat.
Parahnya lagi, lahan pertanian kian berkurang akibat eksploitasi sumber
daya alam karena para petani justru rela menjual lahan-lahan mereka,"
tegas Awang.
Untuk urusan yang satu ini, Pemprov Kaltim telah bersikap tegas.
Perusahaan yang ingin mengeksploitasi sumber daya alam yang menggunakan
lahan pertanian masyarakat, diminta untuk menggantinya dengan dua kali
lipat lahan pertanian baru. Dengan demikian, eksploitasi sumber daya
alam tidak mengurangi lahan pertanian, tetapi justru akan menambah lahan
pertanian baru.
Gubernur Awang Faroek juga mengutarakan pembangunan pertanian tidak
mungkin terwujud tanpa dukungan pembangunan infrastruktur yang baik.
Semua daerah kata Gubernur, harus menyadari bahwa 10 hingga 20 tahun ke
depan dengan isu pemanasan global dan perubahan iklim bisa sangat
mungkin terjadi krisis pangan dunia.
Jika semua daerah memiliki komitmen yang sama untuk membangun
kemandirian pangan, maka Indonesia akan terhindar dari persoalan krisis
pangan tersebut.
"Sepuluh atau atau dua puluh tahun ke depan, bisa saja terjadi krisis
pangan dunia. Karena itu, 33 provinsi harus mempunyai strategi yang
nyata untuk membangun kemandirian pangan. Perlu upaya serius untuk
peningkatan ketahanan pangan tersebut," tegas Awang lagi.
Kaltim sendiri kata Awang, sudah memulainya dengan menyiapkan rencana
besar membangun Delta Kayan Food Estate seluas 30.000 hektar di
Kabupaten Bulungan.
Di akhir sambutannya, Gubernur Awang Faroek memuji kepedulian Kelompok
KTNA dengan perjuangannya membangun pertanian di seluruh wilayah
Indonesia. Pada kesempatan ini juga diberikan sejumlah penghargaan
kepada tokoh yang telah memberi perhatian di bidang pertanian.
Salah
satu penerimanya adalah Wagub Kaltim H Farid Wadjdy yang memperoleh
Lencana Adhi Bhakti Petani Nelayan Madya.
Sementara itu, Ketua Kelompok KTNA Pusat, Ir Winarno Tohir memuji
kesiapan Kaltim selaku tuan rumah. Menurutnya, Penas kali ini menjadi
Penas terbesar dan termegah sepanjang pelaksanaan Penas. Rembug Utama
Kelompok KTNA, selain membahas program kerja, juga sekaligus akan
membahas penetapan tuan rumah Penas selanjutnya. "Enam daerah sudah mengajukan diri menjadi tuan rumah Penas berikutnya,
yakni Aceh, Sumatera Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali dan Sumatera
Selatan," ungkap Winarno Tohir.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM