3 Investor Kakao Asing Incar Pembangunan Pabrik di Sulbar
Jakarta -
Sebanyak tiga investor asing berencana membangun pabrik pengolahan
kakao di Sulawesi Barat (Sulbar). Tiga investor itu antara lain China
Geogchoubou Group Company (CGGC) dari China, Barry Callebaut dari
Belanda, dan International Container Group dari Filipina.
Hal ini
disampaikan oleh Ketua Umum Kadin Sulawesi Barat Harry Warganegara di
sela-sela pameran Expo Nasional Inovasi Perkebunan(ENIP) di JCC,
Jakarta, Jumat (12/11/2010).
"Mereka akan membangun pabrik pengolahan kakao di Sulbar," katanya.
Harry
menjelaskan, untuk investor CGGC dari China berencana akan membangun
pabrik pengolah kakao berkapasitas 20.000 ton kakao per bulan diolah
menjadi butter maupun powder. Mulai tahun 2011 pembangunan pabrik sudah
bisa dilakukan sehingga pada 2012 sudah bisa beroperasi.
"Investasinya kurang lebih Rp 300 miliar," jelas Harry.
CGGC
juga sedang menggarap proyek PLTA berkapasitas 350 MW di Sungai Karama
Mamuju Sulbar senilai Rp 7 triliun. Bahkan CGGC juga akan melakukan
pembangunan jalan high way sepanjang 102 Km dengan investasi Rp 500
miliar, termasuk pengembangan kontainer port senilai Rp 2 triliun.
Investor
lain yang akan masuk ke sektor kakao di Sulbar yaitu Barry Callebaut
dari Eropa yang saat ini sudah masuk dalam pengelolaan pembinaan pada
petani kakao di Sulbar dalam produksi kakao fermentasi. Barry Callebaut
juga akan membangun pabrik pengolahan kakao dengan kapasitas 50.000 ton
per bulan dengan investasi Rp 500 miliar.
"Mereka mau relokasi pabriknya yang ada di Malaysia dan Singapura," katanya.
Selain
dua investor asing tadi, ada juga International Container Group asal
Filipinan yang akan mengembangkan pabrik serupa melalui anak usahanya.
Investor asal Filipina ini berencana akan mengembangkan pengolahan kakao
berkapasitas 20.000 ton per bulan.
"Mereka juga masuk di pengeoprasional container port di Mamuju, Desember tahun ini sudah jalan," katanya.
Selain itu kata Harry, BUMN nasional yang bergerak di bidang ritel yaitu
PT Sarinah sudah melayangkan proposal terkait rencana pembangunan
pabrik pengolahan kakao di Sulbar. Semula Sarinah melirik lokasi Palu
sebagai pabrik pengolahan kakao namun dialihkan Sulbar.
"Sarinah sudah mengajukan proposal ke pemerintah daerah," katanya.
Dikatakan
Harry dengan kapasitas produksi kakao Sulbar saat ini hingga 120.000
ton per tahun maka calon-calon investor ini sangat potensial masuk ke
Sulbar. Bahkan dalam jangka panjang, pada saat pabrik-pabrik itu
beroperasi kakao-kakao dari Sulawesi Tengah dan Tenggara bisa dipasok ke
Sulbar.
DIKUTIP DARI DETIK, JUMAT, 12 NOPEMBER 2010