JAKARTA. Ancaman suspend ekspor produk sawit mentah
atau crude palm oil (CPO) ke Amerika Serikat tak membuat pemerintah
khawatir. Ekspor produk CPO Indonesia bisa dialihkan ke Rusia dan
Jerman.
"Kita tidak merasa khawatir lagi tentang permasalahan
suspend kepala sawit yang di ekspor Indonesia ke Amerika Serikat,
pasalnya kalaupun jeleknya keputusan tersebut tidak memihak Indonesia,
itu kembali lagi ke masing-masing pengusahanya," ujar Suswono kepada
Wartawan di Kantornya, Selasa (5/6/2012).
Sampai saat ini pihak
Unilever masih tetap membeli CPO dari Indonesia. Kelapa sawit merupakan
komponen paling kompetitif dibandingkan minyak-minyak nabati lainnya.
"Saya
tidak khawatir lagi, apalagi Amerika memutuskan kembali menunda hasil
putusannya terhadap sawit Indonesia selama enam bulan kedepan terhitung
mulai April. Dan saya sendiri yakin Amerika memahami penjelasan kita
terkait kelapa sawit," ucapnya.
Apalagi kekhawatiran tersebut
tertutupi dengan dijajakinya kerjasama ekspor ke Jerman dan Rusia. Hal
ini terungkap dalam lawatan Suswono ke kedua negara tersebut.
"25
Mei lalu Kami melakukan promosi Sustainable Palm di Berlin Jerman dan
Moskow, Rusia. Kegiatana tersebut dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan pangsa ekspor minyak sawit Indonesia ke Jerman dan Rusia,
yang pada tahun 2011 masing-masing mencapai 266.000 ton hingga 323.000
ton. Diharapkan nantinya akan terjadi peningkatan ekspor sebesar 20%
pada 2013," ungkap Suswono.
Asosiasi importir minyak sawit Rusia
menaruh harapan besar terhadap peningkatan kerjasama perdagangan minyak
sawit antara Indonesia dan Rusia "Ketua asosiasi tersebut menyampaikan
Rusia telah menggunakan kelapa sawit sejak 1970 dalam pengolahan produk
makanan dan sampai saat ini belum ditemukan efek negatif terhadap
kesehatan manusia," ucap Suswono.
Pada kesempatan lawatannya
tersebut Suswono juga meminta kepada kedua negara tersebut untuk
antisipasi kemungkinan adanya kampanye hitam terhadap minyak sawit
Indonesia di Pasar Jerman.
"Makanya kami mengusulkan adanya MoU
dalam rangka penyelesaian masalah-masalah perdagangan produk-produk
pertanian antara kedua negara yang diharapkan dapat ditandatangani pada
saat kunjungan Kanselir Jerman ke Jakarta pada Juli mendatang,"
tandasnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SELASA, 5 JUNI 2012