
SAMARINDA. Produktivitas masih menjadi
tantangan utama perkebunan kelapa sawit yang dikelola masyarakat. Selain
kualitas bibit yang tak sebaik kebun perusahaan, ternyata juga diganggu
maraknya peredaran pupuk palsu di kalangan petani.
Dikatakan Kepala Bidang Usaha Dinas Perkebunan Kaltim Muhammad Yusuf,
mudahnya pupuk palsu beredar di pasaran disebabkan terbatasnya pasokan.
Begitu barang datang, apalagi dengan harga murah, banyak petani awam
yang tertipu.
"Penjual pupuk palsu biasanya mengaku sebagai utusan dari perusahaan.
Untuk mengecoh petani, mereka sering kali berujar bahwa pupuk tersebut
merupakan sisa dari perusahaan sawit besar yang kelebihan stok. Padahal,
barang seperti pupuk itu kan bisa disimpan dan tidak kedaluwarsa,"
ucapnya.
Harga yang ditawarkan untuk pupuk tersebut, disebut Yusuf memang jauh
di bawah harga pasar. Jika biasanya dijual dengan harga Rp 300 ribu per
karung, pupuk palsu kata dia, hanya dijual dengan harga setengahnya. "Begitu dicek di laboratorium, ternyata unsur ureanya di bawah kadar
ideal," sambungnya.
Tindakan penipuan seperti ini, mereka antisipasi dengan menguatkan
jaringan antara petani atau perusahaan sawit kecil, dengan produsen atau
distributor resmi pupuk.
"Kami juga melakukan pengawasan langsung di beberapa distributor. Jika
terbukti kadar ureanya tak normal, yang mengedarkan bisa disanksi,"
terang dia.
Dampak dari peredaran pupuk palsu ini, lanjut Yusuf, adalah menurunnya
produktivitas lahan kelapa sawit, terutama yang dikelola masyarakat.
Kondisi tersebut menyebabkan pasokan tandan buah segar (TBS) ke
perusahaan pun masih belum sesuai harapan.
"Hasilnya, walaupun secara kuantitas lahannya mencukupi, produksinya
kurang dari standar. Makanya, di beberapa daerah, seperti Paser, banyak
perusahaan yang mengeluh kekurangan pasokan. Padahal, melihat
perbandingannya, pabrik kelapa sawit di Kaltim masih kurang dari luas
lahannya," papar Yusuf.
Sebelumnya diwartakan, dengan tambahan 11 pabrik baru tahun ini, 69
pabrik akan beroperasi di Kaltim. Dengan luas lahan produksi sekitar 1
juta hektare (ha) saat ini, mestinya masih ada space sekitar 30 pabrik lagi untuk bisa menyerap produksi lahan tersebut.
"Karena, angka ideal produksi kelapa sawit di satu pabrik adalah
10.000 ha, atau sekitar 20.000 ton sekali produksi. Namun, saat ini,
jika dirata-rata, produksinya hanya sekitar 7.000 ha per pabrik.
Produktivitas ideal hanya berlaku di kebun inti atau plasma yang
dikelola perusahaan besar," ujar Yusuf. (*/umy/*/man/che/k8)
SUMBER : http://kaltimpost.co.id/berita/detail/81518-pupuk-palsu-ganggu-produksi-sawit-kaltim.html