
JAKARTA. Produk minyak kelapa Indonesia
mulai menekan pasar Hungaria. Salah satunya, melalui program misi
Pembelian Kementerian Perdagangan, yang berhasil membuahkan kontrak
dagang kurang lebih USD 111.753.
"Nilai kontrak kurang lebih
USD 111 ribu, dari tahun ke tahun nilainya terus meningkat," ucap
Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Ari Satria di
Jakarta, kemarin (5/8).
Ari mengatakan, kontrak pembelian
produk minyak kelapa tersebut merupakan salah satu contoh produk yang
memiliki nilai tambah. Jika dibandingkan dengan 2000 lalu, ekspor ke
Hungaria masih berupa produk mentah seperti coconut powder.
"Awalnya masih produk coconut powder. Mulai 2009 sudah ekspor coconut oil, yang memiliki lebih banyak nilai tambah," kata dia.
Ari menambahkan, masuknya produk minyak kelapa ke Hungaria ini
diharapkan mampu menjadi "pintu masuk" ke negara tujuan ekspor lainnya.
Sebab, kata dia, Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa
terbesar kedua di dunia. Selama ini, ekspor Indonesia untuk produk
tersebut masih didominasi ke pasar-pasar tradisional seperti Belanda,
Amerika Serikat, Malaysia, Tiongkok, dan Korea Selatan.
"Sesungguhnya ekspor ke Hungaria masih kecil. Pada 2014 lalu masih USD
175 ribu. Namun, dibandingkan dengan 2010 masih meningkat, karena ekspor
saat itu hanya USD 17 ribu saja," kata dia.
Secara keseluruhan
sepanjang 2010-2014, ekspor komoditas ini meningkat dengan tumbuh 4,57
persen. Dari USD 566 juta pada 201 lalu, ekspor naik jadi USD 943,6 juta
pada tahun lalu.
Secara kumulatif, total transaksi yang
difasilitasi program Kemendag ini pada periode Januari-Agustus 2015
mencapai USD 59,5 juta. Misi pembelian kali ini memfasilitasi Mayers
Ltd, yang mengimpor kurang lebih sebanyak 20-30 kontainer minyak kelapa
per tahunnya dengan PT Barco dan Cocomas asal Indonesia yang merupakan
distributor untuk produk tersebut di wilayah Hungaria.
Produk
yang dibeli oleh Mayers Ltd itu, kata dia, juga didistribusikan ke
negara-negara lain seperti Romania, Slovakia, Republik Ceko, dan juga
Kroasia, dengan jumlah pelanggan mencapai 500 toko. (ant/man/k15)
SUMBER : KALTIM POST, KAMIS, 6 AGUSTUS 2015