Lahan Padi Berganti Karet
09 Mei 2011
Admin Website
Artikel
4687
SENDAWAR - Padi ladang atau sering disebut padi
gunung, setiap tahun mengalami penyusutan luas, karena petani beralih
menanam pohon karet. Petani menganggap menanam karet lebih
menguntungkan ketimbang menanam padi.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan (Disbuntanakan) Kubar Ir H Achmad Sofyan MM melalui Kasubbag Perencanaan Program Disbuntanakan Abdul Aziz, SP di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
“Masyarakat sekarang, setiap kali buka lahan tidak hanya tanam padi, tapi juga menanam pohon karet. Walaupun bukan karet unggul (karet alam). Pada 2-3 tahun kedepan masih bisa ditanami padi, tetapi setelah itu tidak bisa ditanami padi lagi karena menjadi lahan karet,” ungkapnya.
Jadi kata dia, produksi padi ladang tiap tahun semakin menurun. Menurutnya, masyarakat sudah mulai berpikir maju dan berpikir yang lebih menguntungkan. “Padi gunung seperti beras mayas mempunyai bulir kecil-kecil dan harum kalau dimasak. Saat dimakan enak. Tetapi tidak banyak yang menanam karena sudah beralih menanam karet, sawit, dan kakau,” jelasnya.
Akhirnya katanya, beberapa jenis padi unggulan milik masyarakat lokal sekarang mulai berkurang. Benihnya juga susah didapat karena masyarakat jarang menanam. “Karena daerah ilir sudah banyak menanam kelapa sawit. Belum lagi ladang yang berubah menjadi tambang batu bara. Jadi sudah banyak lahan yang terancam,” tuturnya.
Pemkab Kubar katanya, tidak bisa bergantung pada beras dari luar. Kebutuhan beras saat ini katanya, cukup besar. “Hasil padi di Kubar termasuk besar malah lebih dari cukup, tetapi masalahnya tidak semua masyarakat bertani. Para petani yang ada pun menjual sekaligus menyimpan untuk kebutuhannya sendiri,” terangnya.
Ia menyebutkan, Disbuntanakan sejak 2010 lalu memprogramkan peningkatan ketahanan pangan untuk tanaman pangan jenis padi, termasuk jagung dan sayur, kacang kedelai, ubi. Program peningkatan ketahanan pangan ini antara lain, pertama, peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk pertanian serta pengembangan kawasan.
Kedua, penguatan kelembagaan perbenihan. Sumber dana program ini dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tugas Pembantuan (APBN-TP) tanaman pangan yang meliputi padi sawah atau non-hibrida dan padi lahan kering atau disebut padi ladang/padi gunung .
“Untuk tahun 2010, kita membantu 163 kelompok Laboratorium Lapangan (LL), ada sebutan istilah untuk bantuan padi dan nama dari kegiatan adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi (SLPTT Padi),” katanya.
Padi ini juga terbagi dua yaitu padi sawah dan padi ladang. Untuk padi sawah pada 2010 ada sebanyak 163 kelompok. Untuk padi ladang ada 60 kelompok tani atau 60 LL.
Sofyan mengatakan, untuk sub-program penguatan kelembagaan perbenihan yaitu pengembangan perbenihan meliputi penangkaran benih padi yang berlokasi di Kecamatan Bongan dengan cetak sawah.
“Memang andalan Kubar itu lebih pada lahan kering, kalau kita lihat dari jumlah penduduk dan kebutuhan beras, paling tidak Kubar mempunyai areal sawah 6.000 hektare satu kali tanam. Kalau bisa 2 kali tanam hanya 3.000 hektare sudah bisa mengatasi kebutuhan swasembada Kubar,” terangnya.
Dia berharap dengan cetak sawah ini bisa menjadi penangkar benih padi yang baik, karena kalau dihitung rata-rata produksi 4 ton 2 kali panen bisa menambah kebutuhan masyarakat Kubar, walaupun itu belum memadai, makanya ada program cetak sawah.
“Untuk mendapatkan produksi yang berkelanjutan itu hanya cetak sawah, karena air bisa diatur. Kalau sistem lahan kering kan tergantung curah hujan, 1 kali tanam. Usia padinya pun 6 bulan,” katanya.
Jadi 1 kali tanam dalam 1 tahun katanya, produksinya pun tidak setinggi seperti padi sawah sehingga memang dari segi banyak tidak bisa menjadi andalan Kubar untuk kebutuhan dasar padi Kubar.
Untuk produk andalan, saat ini adalah komoditas perkebunan karet, tapi bukan berarti mengabaikan pangan. Karena diharapkan, Kubar tidak tergantung pada daerah lain minimal bisa memenuhi untuk kebutuhan sendiri.
“Kita memiliki potensi, ada lahan, ada orang, tinggal bagaimana kita memrogramkan secara berkelanjutan. Jadi punya komitmen dan konsisten membangun kalau ingin kawasan-kawasan pangan dan perkebunan bisa terjaga. Sementara ini dengan adanya perkebunan karet itu disatu bagian memberikan kontribusi besar,” jelasnya.
Harus ada daerah-daerah kawasan tetap dipertahankan untuk tanaman pangan supaya tidak ketergantungan dengan daerah luar.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 9 MEI 2011
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan (Disbuntanakan) Kubar Ir H Achmad Sofyan MM melalui Kasubbag Perencanaan Program Disbuntanakan Abdul Aziz, SP di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
“Masyarakat sekarang, setiap kali buka lahan tidak hanya tanam padi, tapi juga menanam pohon karet. Walaupun bukan karet unggul (karet alam). Pada 2-3 tahun kedepan masih bisa ditanami padi, tetapi setelah itu tidak bisa ditanami padi lagi karena menjadi lahan karet,” ungkapnya.
Jadi kata dia, produksi padi ladang tiap tahun semakin menurun. Menurutnya, masyarakat sudah mulai berpikir maju dan berpikir yang lebih menguntungkan. “Padi gunung seperti beras mayas mempunyai bulir kecil-kecil dan harum kalau dimasak. Saat dimakan enak. Tetapi tidak banyak yang menanam karena sudah beralih menanam karet, sawit, dan kakau,” jelasnya.
Akhirnya katanya, beberapa jenis padi unggulan milik masyarakat lokal sekarang mulai berkurang. Benihnya juga susah didapat karena masyarakat jarang menanam. “Karena daerah ilir sudah banyak menanam kelapa sawit. Belum lagi ladang yang berubah menjadi tambang batu bara. Jadi sudah banyak lahan yang terancam,” tuturnya.
Pemkab Kubar katanya, tidak bisa bergantung pada beras dari luar. Kebutuhan beras saat ini katanya, cukup besar. “Hasil padi di Kubar termasuk besar malah lebih dari cukup, tetapi masalahnya tidak semua masyarakat bertani. Para petani yang ada pun menjual sekaligus menyimpan untuk kebutuhannya sendiri,” terangnya.
Ia menyebutkan, Disbuntanakan sejak 2010 lalu memprogramkan peningkatan ketahanan pangan untuk tanaman pangan jenis padi, termasuk jagung dan sayur, kacang kedelai, ubi. Program peningkatan ketahanan pangan ini antara lain, pertama, peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk pertanian serta pengembangan kawasan.
Kedua, penguatan kelembagaan perbenihan. Sumber dana program ini dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tugas Pembantuan (APBN-TP) tanaman pangan yang meliputi padi sawah atau non-hibrida dan padi lahan kering atau disebut padi ladang/padi gunung .
“Untuk tahun 2010, kita membantu 163 kelompok Laboratorium Lapangan (LL), ada sebutan istilah untuk bantuan padi dan nama dari kegiatan adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi (SLPTT Padi),” katanya.
Padi ini juga terbagi dua yaitu padi sawah dan padi ladang. Untuk padi sawah pada 2010 ada sebanyak 163 kelompok. Untuk padi ladang ada 60 kelompok tani atau 60 LL.
Sofyan mengatakan, untuk sub-program penguatan kelembagaan perbenihan yaitu pengembangan perbenihan meliputi penangkaran benih padi yang berlokasi di Kecamatan Bongan dengan cetak sawah.
“Memang andalan Kubar itu lebih pada lahan kering, kalau kita lihat dari jumlah penduduk dan kebutuhan beras, paling tidak Kubar mempunyai areal sawah 6.000 hektare satu kali tanam. Kalau bisa 2 kali tanam hanya 3.000 hektare sudah bisa mengatasi kebutuhan swasembada Kubar,” terangnya.
Dia berharap dengan cetak sawah ini bisa menjadi penangkar benih padi yang baik, karena kalau dihitung rata-rata produksi 4 ton 2 kali panen bisa menambah kebutuhan masyarakat Kubar, walaupun itu belum memadai, makanya ada program cetak sawah.
“Untuk mendapatkan produksi yang berkelanjutan itu hanya cetak sawah, karena air bisa diatur. Kalau sistem lahan kering kan tergantung curah hujan, 1 kali tanam. Usia padinya pun 6 bulan,” katanya.
Jadi 1 kali tanam dalam 1 tahun katanya, produksinya pun tidak setinggi seperti padi sawah sehingga memang dari segi banyak tidak bisa menjadi andalan Kubar untuk kebutuhan dasar padi Kubar.
Untuk produk andalan, saat ini adalah komoditas perkebunan karet, tapi bukan berarti mengabaikan pangan. Karena diharapkan, Kubar tidak tergantung pada daerah lain minimal bisa memenuhi untuk kebutuhan sendiri.
“Kita memiliki potensi, ada lahan, ada orang, tinggal bagaimana kita memrogramkan secara berkelanjutan. Jadi punya komitmen dan konsisten membangun kalau ingin kawasan-kawasan pangan dan perkebunan bisa terjaga. Sementara ini dengan adanya perkebunan karet itu disatu bagian memberikan kontribusi besar,” jelasnya.
Harus ada daerah-daerah kawasan tetap dipertahankan untuk tanaman pangan supaya tidak ketergantungan dengan daerah luar.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 9 MEI 2011