SENDAWAR - Padi ladang atau sering disebut padi
gunung, setiap tahun mengalami penyusutan luas, karena petani beralih
menanam pohon karet. Petani menganggap menanam karet lebih
menguntungkan ketimbang menanam padi.
Hal ini disampaikan Kepala
Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan
(Disbuntanakan) Kubar Ir H Achmad Sofyan MM melalui Kasubbag
Perencanaan Program Disbuntanakan Abdul Aziz, SP di ruang kerjanya,
beberapa waktu lalu.
“Masyarakat sekarang, setiap kali buka lahan tidak hanya tanam padi,
tapi juga menanam pohon karet. Walaupun bukan karet unggul (karet
alam). Pada 2-3 tahun kedepan masih bisa ditanami padi, tetapi setelah
itu tidak bisa ditanami padi lagi karena menjadi lahan karet,”
ungkapnya.
Jadi kata dia, produksi padi ladang tiap tahun semakin menurun.
Menurutnya, masyarakat sudah mulai berpikir maju dan berpikir yang
lebih menguntungkan. “Padi gunung seperti beras mayas mempunyai bulir
kecil-kecil dan harum kalau dimasak. Saat dimakan enak. Tetapi tidak
banyak yang menanam karena sudah beralih menanam karet, sawit, dan
kakau,” jelasnya.
Akhirnya katanya, beberapa jenis padi unggulan milik masyarakat lokal
sekarang mulai berkurang. Benihnya juga susah didapat karena masyarakat
jarang menanam. “Karena daerah ilir sudah banyak menanam kelapa sawit.
Belum lagi ladang yang berubah menjadi tambang batu bara. Jadi sudah
banyak lahan yang terancam,” tuturnya.
Pemkab Kubar katanya, tidak bisa bergantung pada beras dari luar.
Kebutuhan beras saat ini katanya, cukup besar. “Hasil padi di Kubar
termasuk besar malah lebih dari cukup, tetapi masalahnya tidak semua
masyarakat bertani. Para petani yang ada pun menjual sekaligus
menyimpan untuk kebutuhannya sendiri,” terangnya.
Ia menyebutkan, Disbuntanakan sejak 2010 lalu memprogramkan peningkatan
ketahanan pangan untuk tanaman pangan jenis padi, termasuk jagung dan
sayur, kacang kedelai, ubi. Program peningkatan ketahanan pangan ini
antara lain, pertama, peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu
produk pertanian serta pengembangan kawasan.
Kedua, penguatan kelembagaan perbenihan. Sumber dana program ini dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tugas Pembantuan (APBN-TP)
tanaman pangan yang meliputi padi sawah atau non-hibrida dan padi
lahan kering atau disebut padi ladang/padi gunung .
“Untuk tahun 2010, kita membantu 163 kelompok Laboratorium Lapangan
(LL), ada sebutan istilah untuk bantuan padi dan nama dari kegiatan
adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi (SLPTT Padi),”
katanya.
Padi ini juga terbagi dua yaitu padi sawah dan padi ladang. Untuk padi
sawah pada 2010 ada sebanyak 163 kelompok. Untuk padi ladang ada 60
kelompok tani atau 60 LL.
Sofyan mengatakan, untuk sub-program penguatan kelembagaan perbenihan
yaitu pengembangan perbenihan meliputi penangkaran benih padi yang
berlokasi di Kecamatan Bongan dengan cetak sawah.
“Memang andalan Kubar itu lebih pada lahan kering, kalau kita lihat
dari jumlah penduduk dan kebutuhan beras, paling tidak Kubar mempunyai
areal sawah 6.000 hektare satu kali tanam. Kalau bisa 2 kali tanam
hanya 3.000 hektare sudah bisa mengatasi kebutuhan swasembada Kubar,”
terangnya.
Dia berharap dengan cetak sawah ini bisa menjadi penangkar benih padi
yang baik, karena kalau dihitung rata-rata produksi 4 ton 2 kali panen
bisa menambah kebutuhan masyarakat Kubar, walaupun itu belum memadai,
makanya ada program cetak sawah.
“Untuk mendapatkan produksi yang berkelanjutan itu hanya cetak sawah,
karena air bisa diatur. Kalau sistem lahan kering kan tergantung curah
hujan, 1 kali tanam. Usia padinya pun 6 bulan,” katanya.
Jadi 1 kali tanam dalam 1 tahun katanya, produksinya pun tidak setinggi
seperti padi sawah sehingga memang dari segi banyak tidak bisa menjadi
andalan Kubar untuk kebutuhan dasar padi Kubar.
Untuk produk andalan, saat ini adalah komoditas perkebunan karet, tapi
bukan berarti mengabaikan pangan. Karena diharapkan, Kubar tidak
tergantung pada daerah lain minimal bisa memenuhi untuk kebutuhan
sendiri.
“Kita memiliki potensi, ada lahan, ada orang, tinggal bagaimana kita
memrogramkan secara berkelanjutan. Jadi punya komitmen dan konsisten
membangun kalau ingin kawasan-kawasan pangan dan perkebunan bisa
terjaga. Sementara ini dengan adanya perkebunan karet itu disatu bagian
memberikan kontribusi besar,” jelasnya.
Harus ada daerah-daerah kawasan tetap dipertahankan untuk tanaman pangan supaya tidak ketergantungan dengan daerah luar.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 9 MEI 2011