JAKARTA: Asosiasi pengusaha menilai perusahaan-perusahaan kelapa sawit
di dalam negeri akan tertarik memperdagangkan komoditasnya pada bursa
berjangka di dalam negeri seandainya ada infrastruktur dan daya tarik
berupa likuiditas.
Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia (Gapki), mengatakan pada prinsipnya pengusaha akan tertarik
melakukan transaksi perdagangan berjangka komoditas di pasar di dalam
negeri kalau menguntungkan.
Dia mengakui sejumlah pengusaha
sawit lokal sudah mulai melakukan transaksi perdagangan kontrak
berjangka di bursa komoditas di dalam negeri. Namun begitu, lanjutnya,
jumlahnya masih sangat kecil dibandingkan partisipasi di bursa luar.
Selain
itu, tambahnya, pengusaha masih berpatokan terhadap harga di bursa
luar. Bursa yang menjadi patokan harga minyak kelapa sawit (CPO) adalah
Bursa Derivatif Malaysia (Malaysia Derivative Exchange/MDX) dan bursa
Rotterdam.
“Kinerja bursa harus benar-benar kredibel agar para
pelaku tertarik bertransaksi di sana. Harganya baik, bisa jadi patokan.
Intinya infrastruktur dan peraturan-peraturannya jelas. Sekarang sudah
mulai [bertransaksi], tapi belum banyak,” ujarnya kepada Bisnis, pekan
lalu.
Di dalam negeri, produk kontrak minyak kelapa sawit dan
turunannya diperdagangkan melalui Bursa Komoditas Derivative Indonesia
(BKDI)/Indonesia Commodity and Derivative Exchange(ICDX) dan Bursa
Berjangka Jakarta (BBJ)/Jakarta Future Exchange (JFX).
Total
transaksi kontrak perdagangan berjangka minyak kelapa sawit (crude palm
oil/CPO) berdenominasi rupiah (CPOTR) yang diperdagangkan oleh BKDI
sepanjang semester 1/2011 mencapai 294.423 lot pasang atau 85,6% dari
total transaksi sebanyak 343.926 lot pasang.
Angka tersebut
melonjak tajam dibandingkan jumlah transaksi CPOTR sebanyak 7.265 lot
pasang atau 28,13% dari total transaksi 25.820 lot pasang pada semester
I/2010. “Kami memang fokus mengembangkan kontrak CPO,” ujar Direktur
Utama BKDI Megain Wijaya.
Bursa yang baru berumur 2 tahun ini
menargetkan kenaikan jumlah transaksi menjadi 10.000 lot pasang per hari
pada akhir tahun untuk produk CPOTR dengan target optimistis sekitar
7.000 – 8.000 pasang lot per hari.
Sementara itu Bursa Berjangka Jakarta memperdagangkan kontrak berjangka produk turunan CPO yaitu olein.
Adapun
mengenai harga, Fadhil berpendapat harga minyak kelapa sawit dalam
beberapa pekan ke depan berpotensi naik meskipun panen telah dimulai di
sejumlah kawasan produsen kelapa sawit.
Pasalnya, lanjutnya,
permintaan cenderung naik karena penyelenggaraan berbagai jenis perayaan
di sejumlah negara pada paruh kedua tahun ini.
“Harga CPO saat
ini sudah mulai membaik dibandingkan periode sebelumnya. Ke depan
kemungkinan akan naik karena permintaan tinggi meskipun sekarang sudah
mulai masuk panen,” ujarnya kepada Bisnis.
Pekan lalu harga
minyak kelapa sawit mengalami penurunan pertama kali dalam 4 pekan
dipicu spekulasi kebuntuan negosiasi pemerintah dan senat AS soal plafon
utang untuk menghindari gagal bayar.
Harga kontrak minyak kelapa
sawit untuk pengiriman Oktober turun 0,6% menjadi 3.096 ringgit
(US$1.044) per metrik ton pada penutupan perdagangan pekan lalu di bursa
Malaysia. Sepanjang pekan lalu harga kontrak berjangka turun 1,4%,
mengurangi keuntungan bulan ini menjadi 0,8%.
DIKUTIP DARI BISNIS INDONESIA, MINGGU, 31 JULI 2011