
TANJUNG REDEB. Kakao merupakan salah satu dari lima
produk unggulan perkebunan di Kabupaten Berau, di samping kelapa sawit,
kelapa dalam, karet, dan lada. Perkembangan budi daya kakao yang
tersebar di beberapa kecamatan ini pun menjadi perhatian pemerintah agar
terus bertahan. Salah satu program yang diluncurkan pemerintah adalah
revitalisasi perkebunan kakao rakyat. Maupun program pendampingan dalam
menciptakan bibit unggul kakao.
Hasilnya pertumbuhan kakao di Bumi Batiwakkal terus mengalami
kemajuan. Dari catatan Dinas Perkebunan, luas perkebunan kakao yang
dikelola secara swadaya sudah mencapai lebih dari 4.000 hektare dengan
produksi lebih dari 2.500 ton. Produksi perkebunan kakao ini diyakini
akan terus mengalami peningkatan.
Seiring dengan telah bergulirnya program revitalisasi dan rehabilitasi
atau peremajaan kebun kakao di beberapa kecamatan melalui program
Gerakan Nasional (Gernas) kakao beberapa tahun lalu. Serta program pola
sambung samping kakao.
Kepala Dinas Perkebunan Basri Sahrin yang ditemui media ini di ruang
kerjanya, Basri Sahrin mengatakan, pendampingan terhadap petani dalam
pengembangan budi daya kakao ini terus dilakukan. Salah satunya melalui
program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang juga
selalu mendapat dukungan dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan
Timur. Selain itu para petani juga telah dilatih dalam program
sertifikasi jaminan mutu dari produksi kakao yang dihasilkan.
"Program ini terus kita lanjutkan agar tidak hanya kuantitas yang
terus bertambah, namun kualitas biji kakao yang dihasilkan petani Berau
ini juga terjaga dan tetap terbaik," jelasnya.
Namun saat ini, dikatakan Basri, hasil produksi kebun kakao masyarakat
Berau baru menghasilkan biji kering yang selanjutnya dikirim ke daerah
lain. Meskipun dalam pemasaran tidak terlalu sulit, karena pembeli yang
datang sendiri ke sentra perkebunan kakao. Namun diharapkan hasil
perkebunan tersebut tidak hanya dikirim ke luar daerah. Namun dapat
diolah menjadi produk jadi di dalam daerah. Sehingga Dinas Perkebunan,
dikatakannya, mendorong pembangunan industri pengolahan biji kakao,
menjadi berbagai produk, seperti berbagai jenis makanan.
"Ini yang kita dorong kepada petani kakao, agar bisa menciptakan
industri olahan, sehingga nilai jualnya bertambah," ungkapnya.
Dalam program ini, Dinas Perkebunan telah berkoordinasi dengan
instansi teknis yang juga mendorong pertumbuhan industri. Pasalnya dalam
pengembangan industri olahan tersebut tidak bisa langsung ditangani
Dinas Perkebunan. Begitu juga dengan peran serta perusahaan swasta yang
diharapkan dapat menjadi bapak asuh para petani dengan memberikan
bantuan melalui program perusahaan.
"Ini yang terus kita koordinasikan dengan instansi teknis maupun peran
perusahaan swasta, agar perkebunan rakyat kita terus bangkit,"
tandasnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SABTU, 8 MARET 2014