Gubernur Minta Pusat Dukung Industrialiasi Pertanian Kaltim
20 Juni 2011
Admin Website
Artikel
3608
TENGGARONG. Gubernur Awang Faroek meminta Pemerintah Pusat memberi
dukungan terhadap rencana pembangunan pertanian dan industrialisasi
pertanian di Kaltim. Keinginan tersebut dilontarkan Awang Faroek saat
pembukaan Penas XIII Tani Nelayan 2011 oleh Wapres Boediono, Sabtu
(18/6).
"Kaltim sedang mempersiapkan lokomotif ekonomi baru pasca berakhirnya tambang dan kekayaan sumber daya tidak terbarukan lainnya. Lokomotif ekonomi baru itu adalah pertanian dalam arti luas yang berdaya saing dengan dukungan industrialisasi pertanian," kata Awang Faroek.
Dukungan pusat diantaranya bisa diwujudkan dengan mempercepat pengesahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP). Pengesahan RTRWP diharapkan bisa memberikan kepastian hukum bagi proses pembangunan dan pengembangan pertanian di daerah. Komoditas pertanian Kaltim perlu terus ditingkatkan untuk menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan daya saing. Bagaimana pun kata Awang, meski kontribusi sektor pertanian hanya 5,8 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim, namun tingkat serapan tenaga kerja mencapai 36 persen.
"RTRWP akan memberi kepastian hukum bagi daerah untuk mengembangkan kawasan budidaya non kehutanan dan pemanfaatan lahan-lahan produktif. Ini akan lebih bersinergi untuk mendukung industrialiasasi pertanian yang akan kita kembangkan," tegas Awang Faroek.
Kaltim kata Awang, tidak mungkin terus bergantung dengan dominasi pertumbuhan ekonomi dari potensi sumber daya alam tidak terbarukan, sebab itu, pengembangan pertanian dalam arti luas yang kemudian akan disinergikan dengan industri pertanian diharapkan mampu menjadi kekuatan ekonomi Kaltim masa depan.
"Kekuatan ekonomi Kaltim saat ini masih disokong dari sektor tambang yang pada saatnya akan decline. Kaltim harus menyiapkan kekuatan ekonomi baru yang didukung kekuatan sumber daya alam terbarukan. Untuk itu, kami mohon dukungan pemerintah pusat," tegas Awang lagi.
Dukungan lain yang diinginkan Awang Faroek adalah terkait kebijakan pemerintah pusat agar pemanfaatan batubara dapat digunakan untuk mendukung industrialisasi pertanian di Kaltim. Contoh kawasan industri yang akan dikembangkan adalah kawasan industri pengolahan CPO di Maloy, Kutai Timur dan kawasan industri Kariangau di Balikpapan.
Sementara Wapres Boediono saat membuka Penas XIII menegaskan pemerintah akan selalu memberikan dukungan bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Namun ia juga meminta agar petani dan nelayan juga berada dalam tanggung jawab yang sama.
"Pemerintah tentu akan memberikan dukungan terhadap penyediaan infrastruktur pendukung pertanian secara baik. Partisipasi swasta juga penting, berikan kemudahan bagi mereka. Pembiayaan pemerintah pasti tidak akan cukup, karena itu perlu dukungan swasta. Tapi jangan lupa, operasional mikronya tetap ada di tangan petani," kata Boediono.
Pembukaan Penas Sabtu lalu juga dihadiri Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Pangdam VI Mulawarman Mayjen Tan Aspan, Kapolda Kaltim Bambang Widaryatmo, sejumlah gubernur, bupati/walikota dan tentunya selaku tuan rumah Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
"Kaltim sedang mempersiapkan lokomotif ekonomi baru pasca berakhirnya tambang dan kekayaan sumber daya tidak terbarukan lainnya. Lokomotif ekonomi baru itu adalah pertanian dalam arti luas yang berdaya saing dengan dukungan industrialisasi pertanian," kata Awang Faroek.
Dukungan pusat diantaranya bisa diwujudkan dengan mempercepat pengesahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP). Pengesahan RTRWP diharapkan bisa memberikan kepastian hukum bagi proses pembangunan dan pengembangan pertanian di daerah. Komoditas pertanian Kaltim perlu terus ditingkatkan untuk menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan daya saing. Bagaimana pun kata Awang, meski kontribusi sektor pertanian hanya 5,8 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim, namun tingkat serapan tenaga kerja mencapai 36 persen.
"RTRWP akan memberi kepastian hukum bagi daerah untuk mengembangkan kawasan budidaya non kehutanan dan pemanfaatan lahan-lahan produktif. Ini akan lebih bersinergi untuk mendukung industrialiasasi pertanian yang akan kita kembangkan," tegas Awang Faroek.
Kaltim kata Awang, tidak mungkin terus bergantung dengan dominasi pertumbuhan ekonomi dari potensi sumber daya alam tidak terbarukan, sebab itu, pengembangan pertanian dalam arti luas yang kemudian akan disinergikan dengan industri pertanian diharapkan mampu menjadi kekuatan ekonomi Kaltim masa depan.
"Kekuatan ekonomi Kaltim saat ini masih disokong dari sektor tambang yang pada saatnya akan decline. Kaltim harus menyiapkan kekuatan ekonomi baru yang didukung kekuatan sumber daya alam terbarukan. Untuk itu, kami mohon dukungan pemerintah pusat," tegas Awang lagi.
Dukungan lain yang diinginkan Awang Faroek adalah terkait kebijakan pemerintah pusat agar pemanfaatan batubara dapat digunakan untuk mendukung industrialisasi pertanian di Kaltim. Contoh kawasan industri yang akan dikembangkan adalah kawasan industri pengolahan CPO di Maloy, Kutai Timur dan kawasan industri Kariangau di Balikpapan.
Sementara Wapres Boediono saat membuka Penas XIII menegaskan pemerintah akan selalu memberikan dukungan bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Namun ia juga meminta agar petani dan nelayan juga berada dalam tanggung jawab yang sama.
"Pemerintah tentu akan memberikan dukungan terhadap penyediaan infrastruktur pendukung pertanian secara baik. Partisipasi swasta juga penting, berikan kemudahan bagi mereka. Pembiayaan pemerintah pasti tidak akan cukup, karena itu perlu dukungan swasta. Tapi jangan lupa, operasional mikronya tetap ada di tangan petani," kata Boediono.
Pembukaan Penas Sabtu lalu juga dihadiri Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Pangdam VI Mulawarman Mayjen Tan Aspan, Kapolda Kaltim Bambang Widaryatmo, sejumlah gubernur, bupati/walikota dan tentunya selaku tuan rumah Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM