Ekspor Minyak Sawit Ditargetkan Naik 50 Persen
09 Februari 2010
Admin Website
Artikel
4504
#img1# "Program konkrit yang telah dilakukan ke depan adalah memberikan intensif dan disintensif dalam rangka memfasilitasi pembentukan kawasan industri CPO dan mendorong agar ekspor minyak sawit mentah hanya 50 persen pada tahun 2015 dan 30 persen pada tahun 2020 dari dalam negeri dapat tercapai," kata M.S Hidayat, di Jakarta, Senin (8/2/2010).
Kondisi tersebut, lanjutnya, dicapai dengan mengembangkan industri hilir kelapa sawit yang menghasilkan nilai tambah di dalam negeri. "Di samping itu, pemerintah dan swasta diharapkan akan membangun infrastruktur yang diperlukan sehingga industri hilir kelapa sawit kita akan bersaing," kata Hidayat.
Terkait dengan program Kluster Berbasis Migas dan Kondensat, kata dia, pemerintah telah melaksanakan kebijakan tersebut berdasar pada fakta bahwa Indonesia memiliki sumber bahan baku migas cukup besar, namun selama ini sebagian besar diekspor.
Kondisi itu jelas tidak mendukung berkembangnya industri nasional berbasis migas dan kondensat (indutri petrokimia). "Padahal industri petrokimia nasional memiliki peranan strategis sebagai pemasok bahan baku industri hilirnya seperti tekstil, plastik, karet, kosmetik, bahan pembersih dan lain sebagainya," tuturnya.
Agar industri petrokimia tumbuh menjadi industri yang kompetitif dalam persaingan internasional, menurutnya, haruslah didapat pasokan bahan baku yang stabil melalui prioritas alokasi bahan baku untuk kebutuhan domestik.
"Karena itu diperlukan kerja sama semua pemangku kepentingan dan ketertarikan yang harmonis antara pihak industri primer migas dengan industri petrokimia hulu, antara dan hilir," katanya.
Ia mengakui masih banyak kendala dan tantangan yang harus segera diselesaikan dalam merealisasikan target pembangunan nasional. "Namun saya optimis, dengan kerja sama dan koordinasi semuanya akan bisa diatasi," tandasnya.
Lebih lanjut ia meminta agar semua stakeholder terkait bisa bersinergi dalam rangka mendorong pertumbuhan industri nasional. "Pasokan energi dan infrastuktur menjadi sektor vital yang harus dipenuhi agar target bisa dicapai, mengingat hal itu di luar kewenangan Kementerian Perindustrian, tapi sudah dikoordinasikan dan respon dari industri lain sangat positif, " pungkasnya.
DIKUTIP DARI KOMPAS, SENIN, 8 PEBRUARI 2010